Rabu, 21 Desember 2011

Review Movie: Contagion



Release: 2011
Stars: Matt Damon, Kate Winslet and Jude Law
Director: Steven Soderbergh
Writer: Scott Z. Burns

Masih ingat ketika virus H5N1 atau virus flu burung dan virus H1N1 atau virus flu babi menggemparkan dunia beberapa waktu yang lalu? Korban-korban berjatuhan, ratusan kasus ditemukan dan tak sedikit yang tewas karena virus-virus tersebut. Belum lagi dengan berbagai isu kiamat yang banyak bermunculan meskipun sampai sekarang belum ada yang terbukti benar (kalau terbukti, ga mungkin saya bisa nulis artikel ini kan?). Lalu bagaimana bila ternyata penyebab kiamat dunia ini bukan lah meteor yang menabrak permukaan bumi, atau badai matahari yang menghancurkan bumi, tapi karena sebuah virus baru yang menyebar sangat cepat dan sangat mematikan? Itulah tema yang diambil sutradara Ocean's Eleven Trilogy, Steven Soderbergh di Contagion ini.

Contagion menyajikan sajian sebuah film kiamat layaknya film-film bertema serupa seperti 2012, Doomsday, The Day After Tomorrow. Namun Contagion terasa lebih menyeramkan karena memiliki cerita yang lebih dekat dengan kehidupan kita sekarang. Virus yang di akhir film diketahui berasal dari potongan buah pisang yang telah digigit oleh kelelawar lalu digigit oleh babi, setelah itu babi disembelih dan virus yang ada di gigi babi tersebut disentuh oleh seorang koki yang menularkannya kepada Beth Emhoff yang diduga sebagai korban pertama yang selanjutnya menularkan virus tersebut kepada beberapa orang yang menyebarkannya lagi kepada orang lain. Beth baru saja pulang dari liburannya di Hong Kong, ketika sampai di rumah, sudah terlihat gejala-gejala bahwa Beth sedang sakit, setidaknya itu yang dirasakan oleh Mitch Emhoff (Matt Damon) ketika melihat istrinya pucat layaknya orang yang sakit lain.


Awalnya Mitch hanya beranggapan bahwa istrinya hanya terkena flu biasa, namun keadaan semakin parah ketika Beth terjatuh dan mengalami kejang hingga akhirnya meninggal. Tak cukup penderitaan Mitch, ketika dia pulang dari rumah sakit, ternyata anak laki-lakinya pun meninggal dengan gejala yang sama. Setelah itu ditemukan banyak kasus yang memiliki kemiripan dari gejala-gejalanya di seluruh dunia. Berbagai pihak mulai menyelidiki penyebabnya, hingga mereka menemukan bahwa Beth adalah sumber penularan virus mematikan tersebut ketika dia berada di Hong Kong. Pihak-pihak tersebut berusaha untuk membuat vaksinnya sebelum korban bertambah banyak meskipun sudah banyak yang berjatuhan.

Di lain pihak, seorang penulis sekaligur blogger Alan (Jude Law) juga ikut menyelidiki virus tersebut. Alan yang memiliki blog yang ramai dikunjungi ini mencoba untuk menenangkan masyarakat dengan menyebarkan berita palsu bahwa dirinya tertular namun dapat sembuh dengan obat dari bunga Forsythia meskipun bunga tersebut tidak dapat menyembuhkan penyakit ganas tersebut. Semakin lama, keadaan semakin parah, kota semakin kacau dengan terjadinya banyak penjarahan toko. Masyarakat semakin banyak yang tertular sementara vaksin masih belum ditemukan. Akhirnya seorang dokter yang meneliti virus tersebut membuat sebuah vaksin yang ternyata efektif mencegah virus tersebut namun hanya untuk sementara. Vaksin tersebut akhirnya diproduksi di berbagai penjuru dunia untuk mencegah semakin banyaknya korban berjatuhan karena virus mematikan itu.


Contagion memang terasa sangat menyeramkan karena virus yang belum memiliki vaksin tersebut sangat cepat mematikan korbannya dan sangat mudah tertular, dari mulai bekas pegangan tangan, nafas, bekas minum dan lain-lain yang tentu sering kita jumpai di sekitar kita. Film ini mengajari kita agar lebih menjaga kesehatan dan lingkungan. Rajin mencuci tangan adalah yang paling mudah dilakukan untuk menjaga diri dari berbagai penyakit yang mungkin ada di sekitar kita. Akting para pemainnya pun cukup memberikan kesan mencekam bahwa betapa takutnya mereka terhadap virus itu. Lihat saja sosok Mitch yang ternyata kebal dari virus itu, setelah kehilangan istri dan anak laki-lakinya, dia berusaha keras agar anak perempuannya tidak tertular. Lalu para pemeran lain yang diberikan porsi yang hampir merata oleh Soderbergh sebagai warga biasa yang ingin selamat dari wabah virus tersebut.

Overall, Contagion bisa terasa lebih mencekam dan menakutkan karena terlihat sangat real bila dibanding dengan film bertema kiamat lain. Namun durasi yang terlewat panjang sempat juga membuat saya bosan meski hanya sesaat karena berbagai adegan yang sangat dekat dengan kehidupan kita itu membuat saya khawatir juga. Contagion memang bukan yang terbaik, tapi setidaknya memberikan gambaran bahwa kematian bisa datang kepada kita dengan cara apapun dan dimanapun. Nothing spreads like fear.

Rate: 7/10


Read More - Review Movie: Contagion

Review Movie: Warrior





Release: 2011
Stars: Tom Hardy, Joel Edgerton and Nick Nolte
Director: Gavin O'Connor
Writers: Gavin O'Connor and Cliff Dorfman

Pertama mendengar film besutan sutradara asal New York, Gavin O'Connor ini selintas mirip dengan film bela diri tinju The Fighter tahun 2010 lalu. Berbeda dengan The Fighter yang menampilkan nama-nama terkenal seperti Mark Wahlberg (The Departed) dan Christian Bale (The Prestige), Warrior hadir dengan pemain yang  bisa dibilang baru menanjak karirnya, sebut saja 2 pemeran utamanya Tom Hardy (Inception) dan Joel Edgerton (The Thing). Namun ternyata nama besar tidak selalu menjamin akting yang memuaskan, karena Tom dan Joel berakting sangat apik di film ini sebagai adik-kakak yang lama tak bertemu dan dapat kembali bertemu di ring arena bela diri campuran ini.

Warrior menceritakan tentang Tommy (Tom Hardy) yang keluar dari Angkatan Laut dan kembali ke arena bela diri dengan bantuan ayahnya (Nick Nolte) yang selalu melatihnya agar bisa bertanding di sebuah kejuaraan bela diri campuran bernama Sparta. Tommy menggemparkan dunia bela diri campuran setelah videonya ketika mengalahkan petarung kelas menengah di sebuah gym beredar di Youtube yang membuat dia berhasil menjadi salah satu peserta Sparta. Disisi lain, kakak Tommy, Brendan yang sudah menikah dan memiliki anak, kini bekerja sebagai seorang guru, namun karena memiliki hutang yang banyak, Brendan mengambil pekerjaan simpangan selepas mengajar yaitu menjadi petarung jalanan yang membuat dirinya mendapatkan skors dari sekolah tempat dia mengajar.


Karena Brendan sangat membutuhkan uang untuk membayar hutangnya, dia memutuskan untuk kembali ke dunia bela diri, dengan bantuan teman sekaligus pelatihnya, dia berhasil menjadi salah satu dari 16 peserta Sparta. Ketika turnamen akan dimulai, barulah brendan menyadari bahwa adiknya, Tommy juga menjdai peserta turnamen tersebut. Permasalahan keluarga yang menimpa mereka membuat Tommy membenci ayah dan kakaknya, Brendan. Ketika turnamen berlangsung, Tommy yang bersikap dingin berhasil melaju ke final setelah mengalahkan lawan-lawannya tanpa kesulitan, sebaliknya, Brendan berhasil masuk final setelah berjuang mati-matian mengalahkan lawan-lawannya, dan akhirnya partai final mempertemukan 2 saudara yang lama terpisah ini. Tommy yang bertanding demi negara karena akan menyumbangkan hadiahnya kepada istri teman seperjuangannya di Angkatan Laut melawan Brendan yang bertanding demi keluarganya agar bisa melunasi semua hutangnya. Pertandingan yang sarat emosi dalam beberapa ronde. Brendan yang sedikit ragu melawan adiknya akhirnya bersungguh-sungguh dalam bertarung bahkan sempat mempatahkan bahu sang adik hingga Tommy hanya bisa menggunakan tangan kanannya untuk bertarung. mereka berdua terus bertarung hingga salah satu dari mereka menyerah.

Warrior meskipun bertemakan bela diri campuran, namun hanya sedikit menampilkan adegan bertarungnya, sepertinya sang sutradara lebih ingin memfokuskan pada konflik keluarga antara Tommy, Brendan dan ayahnya. Brendan yang sewaktu remaja meninggalkan keluarganya untuk menikahi istrinya, membenci ayahnya karena seorang pemabuk berat dan mendidik anak-anaknya secara keras. Sedangkan Tommy yang ditinggalkan sang kakak harus kehilangan ibunya yang meninggal karena penyakit, dan akhirnya meninggalkan sang atah untuk bergabung dengan Angkatan Laut. Sang ayah pun lambat laun tersadarkan setelah ditinggalkan oleh keluarganya, dia berhenti mabuk-mabukan dan dapat diterima kembali oleh Tommy meskipun dengan setengah hati, bahkan Brendan sulit untuk memaafkan ayahnya itu.


Overall, Warrior adalah sebuah film yang sangat menghibur dari segi dramanya, namun dari segi actionnya memang kurang karena Warrior memang lebih fokus kepada konflik para pemainnya. Jujur, 1 jam pertama memang terasa membosankan, namun 1 jam terakhir sangat mengasyikkan, terutama sepanjang turnamen Sparta digelar, konflik di awal film berubah menjadi suasana haru yang dialami para pemainnya, dan tentu endingnya yang sangat mengharukan itu. Family is worth fighting for. Warrior, One of the best films of the year!

Rate: 8/10


Read More - Review Movie: Warrior

Kamis, 15 Desember 2011

Review Movie: SAW


Release: 2004
Stars: Cary Elwes, Leigh Whannell and Tobin Bell
Director: James Wan
Writer: Leigh Whannell

 Ketika di kampus kemarin, saya tidak sengaja mendengar teman saya membicarakan tentang film favorit saya "SAW" ini. Ternyata teman-teman saya sedang nonton bareng film yang membuat saya kecanduan terhadap film ini. Saya lalu teringat ketika pertama kali menonton seri awal dari franchise SAW ini di salah satu stasiun televisi nasional yang waktu itu menayangkan SAW tepat jam setengah 12 malam sekitar 3 tahun yang lalu. Dengan modal keberanian dan nekat, saya nonton film ini sendirian meskipun dengan jantung yang terus berdetak sangat kencang dan membuat saya merinding. Namun semua itu terpuaskan dengan salah satu film horror terbaik di abad ini.

Setelah saya download dari situs tetangga, dan menonton ulang SAW entah untuk ke berapa kalinya. Lagi-lagi saya dibuat merinding dengan kisah yang disajikan oleh sutradara kelahiran Malaysia, James Wan yang juga menyutradarai Insidious (2010) yang tak kalah menyeramkan itu, meskipun saya sudah beberapa kali menontonnya dan tahu endingnya yang twist itu. Mungkin James Wan tidak akan mengira karyanya yang ditulis oleh Leigh Whannell yang berperan sebagai Adam ini akan menjadi sebuah karya yang besar dan menjadi franchise yang sukses di pasaran bahkan dibuat hingga seri ketujuh tahun 2010 lalu.


Dalam review SAW ini, saya anggap Anda belum tahu mengenai SAW, dan belum mengenal Jigsaw, John Kramer, Adam, atau Dr. Lawrence Gordon sebelumnya, dan tentu saja Anda belum tahu endingnya. Film dibuka dengan seorang pria yang berada di sebuah bathtub yang berisi air, ketika dia sadar, dia tak sengaja menarik penutup lubang bathtub itu (atau apalah namanya) yang membuat bathtub itu terkuras sampai airnya habis. Lalu pria itu tak dapat melihat apapun karena ruangan sangat gelap. Dan ternyata dia tidak sendirian disana, ketika lampu menyala, ternyata di ruangan yang ternyata lagi adalah sebuah kamar mandi usang itu ada dua, tidak, tiga orang, Adam (Leigh Whannell) dan Dr. Lawrence Gordon (Cary Elwes) yang sama-sama dalam keadaan kakinya terikat dengan rantai ke pipa, lalu ada seorang pria yang terkapar tewas karena bunuh diri dengan menembakkan pistol ke kepalanya. Adam dan Dr. Gordon lalu menemukan sebuah rekaman di saku mereka, setelah memutarnya, mereka mengetahui bahwa si pelaku ingin agar Dr. Gordon membunuh Adam atau istri dan anaknya yang akan dibunuh.

Setelah itu, Dr. Gordon akhirnya mengetahui siapa dalang yang menjebloskan mereka ke kamar mandi itu. Dia seorang pembunuh yang dikenal dengan nama Jigsaw. Salah satu korban selamat dari aksi Jigsaw adalah Amanda (Shawnee Smith) yang terpaksa harus membunuh seorang pria agar bisa mengambil kunci jebakan yang terpasang di kepalanya, dan kunci itu berada di dalam perut pria itu. Dr. Gordon menyadari, bahwa Jigsaw ingin agar mereka berdua (Dr. Gordon dan Adam) memotong kaki mereka agar bisa lolos dari sana. Di tempat lain, seorang detektif diberi tugas agar menyelidiki kasus Jigsaw ini, hingga dia dan rekannya hampir menangkap Jigsaw, namun malah rekannya yang terbunuh oleh jebakan Jigsaw. Sejak peristiwa itu, sang detektif bertekad untuk menangkap Jigsaw.


Waktu berlalu, Dr. Gordon dan Adam pun mulai mengetahui fakta-fakta dibalik semua yang menimpa mereka. Mulai dari Adam yang ternyata telah lama memata-matai Dr. Gordon dan dibayar oleh detektif yang mencurigai Dr. Gordon, lalu Dr. Gordon yang selingkuh dari istrinya. Lalu tentang istri dan anaknya yang disekap oleh Jigsaw di rumahnya. Dr. Gordon menjadi sangat depresi hingga dia mengetahui bahwa dalang di balik semua itu adalah Zep yang merupakan salah satu perawat di rumah sakit tempat dia bekerja. Lalu ketika waktu habis, Dr. Gordon yang depresi akhirnya memotong kakinya sendiri, lalu menembak Adam. Setelah itu, Zep yang datang ke kamar mandi itu setelah membunuh detektif dan gagal mebunuh istri dan anak Dr. Gordon, akhirnya tewas di tangan Adam. Dr. Gordon ternyata sengaja menembak Adam di bahunya, agar dia masih bisa diselamatkan.

Dr. Gordon yang kehilangan sebelah kakinya pun merangkak keluar kamar mandi untuk mencari bantuan karena mereka berfikir bahwa semua sudah berakhir, Jigsaw yang ternyata adalah Zep pun telah tewas. Namun ketika Adam berusaha mencari kunci di jaket Zep, Adam malah menemukan rekaman yang mirip seperti miliknya dan Dr. Gordon. Setelah dia memutar rekaman itu, dia sadar kalau Zep juga adalh korban Jigsaw dan bagian dari permainanya. Lalu yang tak disangka, mayat pria yang bunuh diri di ruangan itu perlahan bangkit, dan ternyata mayat itulah sang Jigsaw yang selama ini berpura-pura mati. Dan yang lebih menyakitkan bahwa kunci yang Adam cari sebenarnya sejak awal berada di dekat Adam, yaitu ketika dia dalam keadaan pingsan di bathtub itu, namun sayangnya karena bathtub itu terkuras airnya, kuncinya pun ikut masuk ke lubang pengurasan air. Seiring dengan ketidak percayaan yang dialami Adam, sang Jigsaw yang diketahui bernama John yang juga merupakan pasien Dr. Gordon pun keluar dari ruangan itu dan menutup pintunya meninggalkan Adam bersama mayat asli dari Zep, membiarkannya membusuk di ruangan itu, dan "Game Over!"


Siapa yang tak terkejut dengan ending yang luar biasa itu? Selama 103 menit, kita akan disuguhi kisah-kisah para tokoh yang telibat dalam kasus Jigsaw ini. Mulai dari Adam fotografer yang suka memata-matai orang, Dr. Gordon yang memiliki masalah rumah tangga, Detektif Tapp yang frustasi karena tak bisa menangkap Jigsaw, hingga Zep yang pada awalnya disangka sebagai Jigsaw, namun ternyata adalah salah satu korban permainan Jigsaw. Siapa yang tak merinding ketika adegan Amanda mengubek-ubek isi perut pria yang dibunuhnya untuk mencari kunci perangkap yang terpasang di kepalanya, atau adegan ketika Dr. Gordon memotong kakinya dengan gergaji yang terlihat sudah tumpul dan berkarat itu.

Overall, SAW merupakan sebuah horror sejati dengan ciri khas ending yang menakjubkan yang membuat siapapun yang menontongnya (termasuk saya) merinding dibuatnya. Saya bisa saja menjadikan film ini sebagai bahan skripsi saya nanti karena saking menariknya film ini.One of the Best Movie I ever seen! So, bagi Anda yang belum menonton SAW, berani untuk menontonnya atau tidak? Make your choice!

Rate: 9/10



Read More - Review Movie: SAW

Selasa, 13 Desember 2011

Review Movie: Drive


Release: 2011
Stars: Ryan Gosling, Carey Mulligan and Bryan Cranston
Director: Nicolas Winding Refn
Writer: Hossein Amini

Menonton Drive ini sama seperti berarung jeram di sungai yang airnya tenang, namun tiba-tiba anda jatuh karena air terjun yang menghadang perahu boat anda. Namun semua itu memberikan sensasi tersendiri bagi anda. Seperti itulah film karya sutradara asal Denmark, Nicolas Wending Refn ini. Anda akan dibawa dengan suasana santai, hanya dihiasi oleh pandangan dan senyuman para pemerannya, namun tiba-tiba semua adegan manis itu berubah menjadi pembunuhan yang berdarah-darah yang tiba-tiba, dan berubah kembali menjadi suasana santai.

Driver (Ryan Gosling), begitu panggilan seorang anak muda yang bekerja sebagai stuntman khusus adegan mobil yang juga bekerja menjadi montir di sebuah bengkel. Sosoknya yang pendiam, dan memiliki prinsip "talk less do more", hanya senyuman dan pandangan yang bersahabat yang dia miliki, menjadikan dia banyak dan gampang disukai oleh orang yang baru dikenalnya, termasuk tetangganya yaitu Irene (Carey Mulligan) yang hidup bersama anak laki-lakinya yang sedang menunggu suaminya, Standard, keluar dari penjara.


Irene dan anaknya pun langsung menyukai sosok pemuda itu, ketika suaminya keluar dari penjara pun "sang pengemudi" menjadi temannya dan membantunya mengatasi masalah yang dimilikinya. Namun ternyata masalah yang dimiliki Standard yaitu hutang kepada temannya Cook ini berbuah panjang. Driver ternyata memiliki pekerjaan yaitu sebagai pengantar, siapapun bisa menyewa dia mengantar kemanapun tanpa terkecuali. Driver pun kali ini harus mengantarkan Standard dan temannya untuk merampok sebuah toko. Namun naas bagi Standard, dia tewas ditembak oleh sang pemilik toko. Melihat kejadian itu, Driver pun bergegas pergi dengan temannya Standard untuk melarikan diri karena mereka dikejar oleh mobil yang lain. Setelah mereka berhasil melarikan diri, masalah tidak selesai begitu saja, mereka terus diburu oleh sekumpulan orang. Melihat kejadian itu, Driver berinisiatif untuk mengembalikan uang itu kepada Nino yang dianggap pemilik dari uang itu. Ia pun berpacu dengan waktu untuk mengembalikan uang itu sebelum satu persatu orang yang dia sayang tewas dibunuh oleh anak buah Nino.

Dibalik sosoknya yang pendiam dan dingin itu, bukan berarti Driver adalah orang yang lemah, namun layaknya seorang pembunuh bertangan dingin, dia tidak segan-segan membunuh orang yang memang pantas untuk dia bunuh. Termasuk ketika adegan di elevator. Driver tidak segan membunuh salah satu anak buah Nino dengan cara mengnjak kepalanya sampai hancur karena berniat melukai Irene. Drive memang memiliki cerita yang agak datar, namun anda jangan khawatir karena ini tidak akan membuat anda bosan. Anda akan diajak untuk melihat sosok Driver lebih dalam dengan hanya memperhatikan tatapan, senyuman dan ucapannya yang jarang dia ucapkan jika memang tidak perlu.


Overall, Drive bisa jadi salah satu film terbaik tahun 2011 ini. Diadaptasi dari buku berjudul sama karya James Sallis, dan remake dari film berjudul The Driver (1978). Drive merupakan film yang menunjukkan bahwa pengorbanan kerap kali diperlukan demi orang yang kita sayangi. Drive menyajikan sosok seorang pahlawan dan gentleman yang sesungguhnya. "Some Heroes Are Real"? Absolutely!.

Rate: 8/10


Read More - Review Movie: Drive

Senin, 12 Desember 2011

Review Movie: Final Destination 5


Release: 2011
Stars: Nicholas D'Agosto, Emma Bell, and Miles Fisher
Director: Steven Quale
Writer: Eric Heisserer

Kematian kembali mengejar sekelompok remaja yang tidak seharunya selamat dari kecelakaan yang mereka alami. Ya, Final Destination kembali melanjutkan kisahnya setelah pada awalnya akan berakhir pada seri keempatnya tahun 2009 lalu dalam The Final Destination. Lalu apa yang ditawarkan oleh sang sutradara, Steven Quale dalam seri kelima ini yang membedakannya dengan seri-seri sebelumnya? Kecelakaan yang lebih "wah", efek yang lebih mumpuni dan tentu dengan masih setia dengan format 3D yang akan memanjakan para penonton setia franchise Final Destination ini.

Final Destination 5 masih setia dengan cerita-ceritanya yang telah lalu. Bila pada seri pertama Final Destination (2000) ada kecelakaan pesawat, Final Destination 2 (2003) ada kecelakaan kendaraan di jalan tol, Final Destination 3 (2006) kecelakaan di roller coaster, dan The Final Destination (2009) kecelakaan ketika balap nascar, di Final Destination 5 ini kita akan disuguhkan dengan kecelakaan ambruknya jembatan. Dan yang "beruntung" mendapatkan penglihatan itu adalah Sam Lawtan (Nicholas D'Agosto) yang sedang melakukan perjalanan memakai sebuah bus bersama rekan-rekan kerja di kantornya untuk berlibur ke Vancouver-British Island. Sama seperti seri-seri sebelumnya, Sam pun menjadi panik ketika mendapatkan penglihatan itu dan tanda-tandanya mulai tejadi, dia lalu mengajak kekasihnya Molly Harper (Emma Bell) untuk turun dari bus. Beberapa temannya pun ikut turun dari bus yaitu Peter Friedkin (Miles Fisher) dan kekasihnya Candice, lalu Olivia, Isaac, Nathan dan Dennis pun ikut turun dari bus. Lalu jembatan pun runtuh, dan mereka selamat (untuk sementara).


Mereka yang merasa telah selamat dari maut itu pun, tak merasakan perasaan apapun setelah itu kecuali Sam yang selalu mendapatkan pertanda bahwa sesuatu akan terjadi. Lalu kematian yang asalnya gagal membawa mereka mulai kembali dan kali ini tak ada ampun bagi mereka. Satu per satu korban selamat pun tewas dengan cara mengerikan. Hingga saat Nathan akan menemui kematian, dia selamat karena posisinya digantikan oleh pegawainya yang tewas menggantikannya. Dari hal itu, Sam dan teman-temannya yang belum menemui kematian beranggapan bahwa kematian dapat dicurangi kembali dengan cara menukar posisi mereka dengan orang lain, dengan kata lain mereka mengambil kehidupan orang lain.

Ketika giliran Peter tiba, dia mencoba untuk menggantikan posisinya dengan orang lain dengan cara membunuh orang yang tak dia kenal. Namun dia tak sanggup dan tak tega, karena orang lain yang tak bersalah tak pantas untuk diseret ke dalam masalahnya. Lalu, mendengar cerita Sam bahwa Molly adalah satu-satunya orang yang selamat di penglihatan Sam, peter beranggapan bahwa Molly tak pantas untuk hidup, dan Peter pun berusaha membunuh Molly, namun Sam berusaha melindungi Molly. Perkelahian pun terjadi di antara mereka hingga kematian mengambil Peter. Sam yang membunuh Peter yang membunuh seorang agen yang menyelidiki kasus kematian aneh tersebut merasa bahwa dia telah mengambil kehidupan orang lain, dengan kata lain dia selamat dari kematian untuk kedua kalinya.


Sam dan Molly pun memutuskan untuk pergi ke Paris setelah kejadian itu. Ketika mereka berada di pesawat, mereka melihat sekelompok orang melakukan keributan dan akhirnya keluar dari pesawat itu. Sam tidak memperdulikan hal itu, namun ternyata sesuatu telah menunggunya dan Molly. Apa itu? Inilah klimaks dari Final Destination 5 yang membuatnya berbeda dari seri Final Destination sebelumnya. Sebuah twist yang jarang ditemui di seri-seri sebelumnya.

Overall, Final Destination 5 berhasil memberikan tontonan yang lebih menarik dari seri Final Destination yang sebelumnya. Kecelakaan robohnya jembatan yang menurut saya terbaik kedua setelah kecelakaan di jalan tol di seri kedua selama Final Destination membuat kita "parno" dengan sekeliling kita selama 11 tahun. Selain karena kecelakaan jembatan yang mengagumkan itu, dan ending yang mengejutkan, kita juga akan disuguhi akting dari "Tom Cruise" yang frustasi karena kekasihnya tak bisa mencurangi kematian untuk kedua kalinya. Persis seperti taglinesnya, "Death has never been closer".

Rate: 7/10



Read More - Review Movie: Final Destination 5

Sabtu, 10 Desember 2011

Review Movie: Confessions


Release: 2010
Stars: Takako Matsu, Yukito Nishii and Ai Hashimoto
Director: Tetsuya Nakashima
Writers: Kanae Minato and Tetsuya Nakashima

Tak terhitung sudah berapa kali saya menonton film pemenang best film di Academy Awardsnya Jepang tahun 2011 ini. Tema ceritanya memang sangat umum dan sudah banyak film bergenre seperti ini, yaitu tentang balas dendam. Namun bukan balas dendam yang menumpahkan banyak darah disana-sini, namun dengan balas dendam total ala seorang guru sekolah menengah pertama di Jepang.

Film dibuka dengan keadaan sebuah kelas yang mana terlihat kacau dengan para siswanya yang sedang meminum susu kotak ukuran kecil yang merupakan promosi di sekolah itu. keadaan kelas memang sangat kacau meskipun pada saat itu di kelas terdapat Yuko Moriguchi (Takako Matsu) yang sedangmengajar di kelas itu. Keadaan semakin kacau ketika Bu Moriguchi mengatakan bahawa pertemuannya saat itu dengan siswa-siswanya adalah terakhir kali karena dia akan berhenti mengajar. Para siswa pun bersorak dengan hal itu, tapi tidak dengan Mizuki Kitahara (Ai Hashimoto) yang terlihat sangat terkejut.

Tapi sebelum Bu Moriguchi keluar, dia ingin memberikan pelajaran terakhir yang sangat berharga kepada siswa-siswi di kelasnya itu, yakni tentang "Hidup". Disinilah semua berawal. Bu Moriguchi ternyata baru saja kehilangan anak perempuan kesayangannya karena tenggelam di kolam renang sekolah dan polisi mengatakan bahwa itu adalah murni kecelakaan. Namun Bu Moriguchi memiliki pendapat lain, bahwa anak satu-satunya itu telah dibunuh. Dan yang lebih mengejutkan, ternyata pembunuhnya itu adalah siswa yang ada di kelas itu, bahkan bukan hanya seorang, tapi 2 orang siswa yang bekerja sama untuk membunuh putri Bu Moriguchi.


Sontak suasana kelas yang tadinya ramai mendadak sepi ketika Bu Moriguchi mengungkapkan bahwa di kelas itu ada 2 orang pembunuh putrinya. Bu Moriguchi lalu menamai mereka dengan si A dan si B. Bu Moriguchi tidak melaporkan mereka ke polisi mengingat hukum setempat tidak akan menghukum anak di bawah umur untuk kejahatan yang dilakukannya dan hanya akan direhabilitasi. Oleh karena itulah, Bu Moriguchi mengambil inisiatif sendiri untuk membalaskan dendamnya kepada 2 orang pembunuh anaknya itu. Bukan dengan cara membunuh mereka, atau menculik lalu disiksa sampai mati perlahan, tapi dengan cara yang menurut saya lebih kejam dari itu.

Bu Moriguchi ternyata sudah menyuntikkan darah suaminya yang terkena HIV ke susu kotak yang diminum oleh kedua siswa pembunuh itu. Sontak para siswa di kelas terkejut, termasuk Shuya Watanabe (Yukito Nishii) yang merupakan salah satu pembunuh itu yang berlari keluar kelas setelah Bu Moriguchi memberi tahu tentang susu kotak yang sudah terkontaminasi darah HIV itu. Sementara seorang lagi yaitu Naoki Shimomura (Kaoru Fujiwara) hanya bisa terdiam mendengar hal itu. Lalu bu Moriguchi pun menutup pelajarannya saat itu. Lalu apakah balas dendamnya hanya sampai disana? Ternyata tidak, HIV adalah awal dari balas dendam yang akan menghancurkan hidup Shuya dan Naoki.

Melihat bagaimana cara balas dendam Bu Moriguchi mengingatkan saya dengan cara membunuh seorang Jigsaw dalam franchise SAW, yaitu membunuh dengan tidak langsung karena korban-korbannya lah yang membunuh diri mereka sendiri, sedangkan Jigsaw hanya memberikan pilihan. Demikian pula Bu Moriguchi yang memulai dengan darah HIV, selebihnya Shuya dan Naoki sendirilah yang menghancurkan hidup mereka sendiri, Bu Moriguchi hanya membantu mereka untuk hal itu. Demi terwujudnya balas dendam yang indah tersebut, tak jarang orang tak bersalah menjadi korbannya termasuk guru pengganti Bu Moriguchi, Pak Wether, Ibunya Shuya dan Naoki juga kekasih Shuya, Mizuki.


Overall, Confessions a.k.a Kokuhaku merupakan film Jepang terbaik yang pernah saya tonton selama ini selain tentunya Death Note dan Battle Royale serta Gantz. A New Way to take revenge to destroy someone's life. Kokuhaku pun sempat masuk 9 besar nominasi Academy Award USA untuk nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik, namun gagal masuk 5 besar. Tapi tetap, Kokuhaku menjadi film yang sangat layak ditonton. Satu-satunya adegan yang saya tidak suka di Kokuhaku adalah melihat sosok Mizuki yang diperankan Ai Hashimoto dipaksa berciuman dengan Shuya dan malah dibunuh sendiri oleh Shuya. But still, Kokuhaku is the best Japanese movies all time.

Rate: 9/10


Read More - Review Movie: Confessions

Jumat, 09 Desember 2011

Profil Director: Christopher Nolan


Full Name: Christopher Jonathan James Nolan
Date of Birth: 30 July 1970 in London, England
Filmography: Memento, Trilogy Batman, Inception, etc.

Kualitas lebih penting dari pada kuantitas. Mungkin hal itulah yang menjadi prinsip sutradara asal Britania Raya ini. Dalam rentan waktu 10 tahun dari 2000-2010, Nolan hanya menggarap 6 film plus 1 film pendek. Rata-rata dia mensutradarai film dalam rentan waktu 2 tahun sekali. Tidak aneh kenapa film-filmnya selalu mendapatkan berbagai pujian dan prestasi karena Nolan selalu mementingkan isi cerita yang berkualitas, bukan hanya ketegangan dengan darah disana-disini, atau berbagai efek yang menghabiskan dana sampai triliunan rupiah.

Bakat Nolan sebagai sutradara memang sudah terlihat sejak dia masih kecil. Nolan beberapa kali membuat film pendek menggunakan kamera yang diberikan oleh ayahnya. Nolan memulai karir sebagai sutradara dengan membuat beberapa film pendek, hingga akhirnya ia dapat mensutradarai film berdurasi panjang pertamanya yang berjudul Following (1998). Film ini sendiri mendapatkan apresiasi yang luar biasa pada Hong Kong Film Festival tahun 1998 dan beberapa festival film lain di beberapa negara.


Karirnya semakin melesat ketika Memento dirilis pada tahun 2000. Film yang diangkat dari cerita pendek adiknya sendiri, Jonathan Nolan yang sering membantu dalam penulisan naskah filmnya, mendapatkan 2 nominasi Oscar pada saat itu. Film yang dibintangi oleh Guy Pearce (The Hurt Locker) ini memang sangat unik. Kita tidak akan penasaran dengan endingnya, malah akan penasaran dengan openingnya, karena di Memento, Opening film adalah ending, dan ending film adalah openingnya (kalau bingung, nonton aja sendiri filmnya).

Film Nolan selanjutnya adalah Insomnia (2002) yang dibintangi oleh Al Pacino (The Godfather Trilogy) dan Robin Williams (Good Will Hunting). Berkat gaya penyutradaraannya yang unik dan gelap, Nolan akhirnya terlibat dalam proyek Warner Bros untuk reboot kisah manusia kelelawar, Batman, dalam Batman Begins (2005). Dari sinilah, Nolan mulai diperhitungkan dan disejajarkan dengan sutradara top dunia seperti Michael Bay (Transformers), bahkan Steven Spielberg (Schindler's List). Di Batman Begins ini, Nolan sukses membawa Batman ke puncak kejayaannya kembali setelah mati suri sejak film terakhirnya Batman & Robin (1997) dianggap gagal melanjutkan kisah-kisah Batman sebelumnya meskipun dalam film tersebut terdapat para pemain yang berkualitas seperti George Clooney (The Thin Red Line), dan Arnold Schwarzenegger (Terminator). Sosok Batman sendiri di Batman Begins ini diperankan oleh Christian Bale.

Pada tahun 2006, dia kembali bekerja sama dengan Bale dalam film terbarunya yang bertemakan persaingan dua orang pesulap yang saling menjatuhkan satu sama lain, The Prestige. Lalu dia kembali melanjutkan kisah manusia kelelawar dalam The Dark Knight (2008) yang tentu saja akan selalu diingat oleh semua penggemar film dan Batman khususnya, karena merupakan salah satu film terakhir dari mendiang Heath Ledger yang disini berperan dengan sangat apik sebagai Joker. Siapa yang tidak ingat dengan kata-kata khasnya, "Why So Serious?" yang melegenda itu?.


Dan film terakhir yang Nolan sutradarai aalah film yang dibintangi dengan brilian oleh Leonardo DiCaprio (Shutter Island) yang mempunyai tema yang sangat jarang dan begitu unik layaknya Memento. Sebuah film action yang bersettingkan mimpi di dalam mimpi seseorang yang sedang bermimpi, Inception (2010). Film yang akan memutar dan mengasah otak kita untuk terus berpikir dan mengikuti setiap alur ceritanya.

Film Nolan selanjutnya yang akan dirilis tahun 2012 mendatang adalah film ketiga Batman yang sekaligus film terakhir dari trilogy Batman tersebut, The Dark Knight Rises. nolan memang tipe sutradara yang sangat merahasiakan mengenai filmnya yang belum dirilis, demikian pula dengan film ketiga Batman ini. Kita tunggu saja apakah The Dark Knight Rises bisa melebihi kesuksesan The Dark Knight.

Christopher Nolan, sutradara berbakat yang sangat mementingkan kualitas film yang disutradarainya. Film-filmnya selalu dapat memuaskan dahaga para movie-freak di seluruh dunia. Penuh twist, dark dan always surprising. What A Brilliant Director!


Read More - Profil Director: Christopher Nolan

Kamis, 08 Desember 2011

Profil Actor: Christian Bale


Full Name: Christian Charles Philip Bale
Date of Birth: 30 January 1974 in Haverfordwest, Pembrokeshire, Wales
Filmography: Empire of The Sun (1987), American Psycho (2000), Batman Begins (2005), etc.

Siapa sih aktor dan aktris yang saat ini memiliki nama besar yang sudah mulai berakting sejak masih "bocah"? Hollywood punya aktris cantik seperti Selena Gomez (Monte Carlo) dan Dakota Fanning (War of The Worlds) serta aktor Jason Bateman (Paul). Jangan lupakan talenta di negeri sendiri sperti Adi Bing Slamet dan juga Agnes Monica yang sudah Go International. Namun ada seorang aktor asal Wales yang sudah mulai berkiprah di Hollywood sejak berusia 13 tahun sampai sekarang berusia 37 tahun, tawaran bermain fil tak pernah sepi. Ya, dia adalah Christian Charles Philip Bale atau sering dipanggil Christian Bale atau Bale.

Memulai karir sebagai artis cilik di TV movie Anastasia: The Mystery of Anna (1986), karirnya mulai menanjak setahun kemudia ketika memerankan Jim "Jamie" Graham dalam film Empire of The Sun (1987). Karirnya sebagai artis cilik hingga menjadi aktor remaja mulai diperhitungkan dan tawaran bermain film pun mulai berdatangan. berbagai judul film dia bintangi di antaranya Swing Kids (1993), Little Woman (1994) dimana dia beradu akting dengan Kirtsen Dunst (Spiderman) yang ketika itu baru berusia 12 tahun dan Wynona Rider (Black Swan).

Bale sebagai Jamie di Empire of The Sun.
Karir Bale sebagai aktor dewasa mulai disejajarkan dengan aktor seperti Leonardo DiCaprio (Titanic) dan George Clooney (Three Kings) sejak Bale memerankan sosok serial killer tampan nan eksotis Patrick Bateman di American Psycho (2000).Bagi Anda yang sudah menonton akting Bale di film ini, pasti tahu dan mengakui bahwa sosok Bateman memang memiliki segalanya, tampan, memiliki badan kekar, selallu melakukan olahraga dan perawatan diri, serta memiliki karir. Namun ternyata di balik sosok perfectionis-nya, Bateman adalah seorang psycho yang siap membantai siapapun yang menghalangi jalannya.

Setelah sukses dengan American Psycho, Bale membintangi banyak film setelahnya seperti Reign of Fire (2002) dan Equilibrium (2002) yang sejenak mengingatkan kita dengan Trilogy Matrix yang dibintangi Keanu Reeves. Pada tahun 2004, Bale membuat sebuah gebrakan dengan aktingnya memerankan sosok Trevor Reznik dalam The Machinist. Siapa yang tidak terkejut melihat sosok Bale yang tampan dan memiliki badan yang berotot berubah 180 derajat menjadi sosok seorang yang depresi dan tengah mengalami insomnia selama 1 tahun dan hanya memiliki berat 120 pounds (sekitar 54,5 kg) yang berarti dia kehilangan sekitar 63 pounds atau 27 kg. Bayangkan saja, selama sekitar 3 bulan Bale hanya mengkonsumsi kopi dan apel saja demi dietnya yang ekstrim ini.

Bale di American Psycho dan The Machinist.
Karir Bale akhirnya benar-benar diperhitungkan sejak dia berperan sebagai Patrick Bateman dan dengan diet ekstrimnya demi peran Trevor Reznik, pada tahun 2005 dunia dikejutkan kembali dengan Bale yang kembali dengan badan yang kembali berotot (meskipun tak seperti di American Psycho) lewat perannya sebagai Bruce Wayne di reboot film Batman, Batman Begins. Bayangkan saja, dalam dua tahun dia berhasil menurunkan dan mengembalikan berat dan bentuk badannya dengan sangat ekstrim. Batman Begins sendiri bercerita tentang kehidupan Bruce Wayne sebelum hingga menjadi manusia kelelawar.

Selanjutnya dia berperan dalam beberapa film seperti The New World (2005), Rescue Dawn (2006), dan The Prestige (2006). Di The Prestige, Bale beradu akting dengan Hugh Jackman (X-Men) sebagai seorang pesulap dengan segala trik yang mengagumkan itu. Setelah itu dia beberapa kali beradu akting dengan aktor-aktor berbakat Hollywood. sebut saja Russell Crowe (Gladiator) di 3:10 to Yuma (2007), Sam Worthington (Avatar) di Terminator Salvation (2009), Johnny Depp (Pirates of The Caribbean) di Public Enemies (2009) dan dengan Mark Wahlberg (The Departed) di The Fighter (2010).

Bale dan Russell crowe dalam premiere 3:10 to Yuma.
Tapi tentu aktingnya yang paling ditunggu adalah perannya sebagai manusia kelelawar di Batman Series yang akan memasuki film ketiganya tahun 2012 mendatang. Setelah sukses menghidupkan kembali sosok Bruce Wayne di Batman Begins (2005), sequelnya pun dirilis pada tahun 2008 dengan judul The Dark Knight tanpa abal-abal nama Batman. Apabila di Batman Begins belum muncul musuh-musuh bebuyutan Batman, di The Dark Knight langsung menampilkan musuh utama Batman yaitu joker yang dibintangi oleh Heath Ledger. The Dark Knight sendiri berhasil mendapatkan 2 dari 8 nominasi piala Oscar 2009.

Tahun 2012 mendatang, Film ketiga Batman akan dirilis dengan judul mirip seperti prequelnya hanya ada tambahan kata "Rises" menjadi The Dark Knight Rises. Di film ketiganya itu Batman akan berhadapan dengan musuhnya yang lain yaitu Bane yang diperankan oleh Tom Hardy (Warrior). Tak seperti di The Dark Knight yang mana Batman harus beradu strategi dengan joker, di The Dark Knight Rises ini Batman akan lebih banyak beradu otot dengan Bane. Kita lihat saja bagaimana film yang dikabarkan merupakan film terakhir Bale sebagai Batman ini dirilis 20 Juli tahun depan yang bersaing dengan 2 film superhero lain yang dirilis dalam waktu berdekatan yaitu The Avengers (4 Mei 2012) dan The Amazing Spiderman (3 Juli 2012).

Patrick Bateman yang berubah menjadi Batman.
Christian Bale, salah satu aktor berbakat Hollywood yang sangat mencintai dunia akting dan sangat mendalami perannya ini memang layak di sejajarkan dengan aktor seperti Bruce Willis (Die Hard), John Travolta (Pulp Fiction) bahkan Sylvester Stallone (Rocky). Film-filmnya selalu ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya (termasuk saya...^^), meskipun sayang sekali perannya sebagai Batman tahun depan adalah terakhir karena dikabarkan dia memutuskan pensiun sebagai Batman. Padahal setelah The Avengers difilmkan tahun depan, ada sedikit ekspektasi kalau The Justice League juga mungkin menyusul akan difilmkan dengan sosok Superman yang diperankan Hanry Cavill (Man of Steel), Green Lantern oleh Ryan Renolds (Buried) dan tentu saja sang manusia kelelawar oleh Christian Bale. Namun apa mau dikata harapan hanyalah tinggal harapan. Namun begitu, The Flowers of War, The Dark Knight Rises, Lawless dan Knight of Cups yang merupakan film-film selanjutnya yang dibintangi Bale akan selalu dinanti dan berharap selalu lebih baik dari film sebelumnya.

Terakhir, teringat kata-kata musuh Batman di The Dark Knight, Joker,
"Why So Serious?"
Bale will be back!!


Read More - Profil Actor: Christian Bale

Senin, 05 Desember 2011

Review Movie: The Mist


Release: 2007
Stars: Thomas Jane, Laurie Holden and Nathan Gamble
Director: Frank Darabont
Writer: Frank Darabont

Bagaimana bila Anda terjebak dalam sebuah gedung sedangkan di luar gedung dipenuhi oleh kabut yang tebal dan terdapat makhluk-makhluk ganas di dalam kabut tersebut? Apakah Anda akan mencoba keluar untuk meminta bantuan atau berdiam diri sampai bantuan yang datang menemukan Anda? Itulah kira-kira yang ditawarkan oleh sutradara yang terkenal lewat film-film adaptasi novel karya Stephen King seperti The Shawshank Redemption (1994) dan The Green Mile (1999) serta lewat seri TV The Walking Dead (2010-2012), siapa lagi kalau bukan Frank Darabont.

The Mist bercerita tentang David Drayton (Thomas Jane) seorang seniman (atau pelukis mungkin..) yang biasa membuat poster untuk film yang harus menerima kenyataan bahwa poster buatannya hancur karena tertimpa pohon yang menghancurkan kaca rumahnya ketika badai. Dia pun bersama anaknya Billy Drayton (Nathan Gamble) dan tetangganya yang seorang pengacara, Brent Norton (Andre Braugher) pergi ke sebuah supermarket untuk membeli persediaan makanan. Ketika mereka bersama pengunjung lain sedang berbelanja, tiba-tiba datang Dan Miller (Jeffrey DeMunn) sambil berlari dan hidungnya berdarah. Seiring dengan datangnya Dan, datang pula kabut yang tebal yang perlahan menutup pandangan orang-orang disana sampai mereka tak bisa melihat apapun di luar selain kabut.

Awalnya mereka itu hanya kabut biasa sehingga mereka tidak terlalu panik sampai ada seorang wanita yang memutuskan untuk keluar dari sana untuk menemui anaknya, suasana semakin tegang ketika David dan beberapa orang laki-laki yang berada di ruang generator (atau ruang penyimpanan) mengetahui bahwa di balik kabut tersebut ada monster bertentakel besar yang sudah mengambil salah seorang pegawai supermarket itu. Lalu mereka memberi tahu orang-orang yang ada disana, namun tak percaya dengan mudah hingga mereka menyaksikan sendiri monster-monster yang ternyata bukan hanya yang bertentakel saja menyerang supermarket dan korban pun berjatuhan.


Keadaan bertambah parah ketika seorang wanita yang fanatik terhadap agamanya mengaitkan kejadian yang terjadi dengan hari pembalasan dan murka Tuhan, dia pun berceramah di setiap kesempatan, para pengunjung yang asalnya tidak menghiraukannya akhirnya mulai percaya terhadap omongan wanita itu, hingga akhirnya para pengunjung menjadi terpecah dua. David dan anaknya beserta beberapa orang merasa mereka harus mencari bantuan bukan hanya menunggu bantuan dan keajaiban datang begitu saja. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk keluar dari supermarket itu dan mencari bantuan.

Ketika mereka berhasil keluar dari sana, kelompok kecil itu menjadi semakin kecil karena beberapa dimangsa oleh monster hingga akhirnya hanya menyisakan David, Billy, Amanda (Laurie Holden), Dan, serta seorang wanita tua.Dengan menaiki mobil David serta hanya berbekal sebuah pistol yang berisikan 4 buah peluru mereka menelusuri jalan untuk mencari bantuan. Di perjalanan tak jarang merka melihat monster bahkan mereka melihat seekor monster yang sangat besar melintasi mereka. Monster-monster itu sendiri ternyata berasal dari dunia lain yang masuk ke dunia ini karena sebuah proyek rahasia militer. Davis dan yang lain menelusuri sepanjang jalan sampai bensin mobilnya habis, dan mereka menjadi putus asa karena berada di tengah kabut dan juga monster-monster yang ganas. Lalu apa yang terjadi? Apakah mereka akan selamat?


Overall, The Mist memang memiliki cerita yang sudah umum tentang monster yang tiba-tiba datang ke kota, serta memiliki efek yang tak sebagus film sejenis seperti War of The Worlds, namun tentu ada faktor yang dimiliki film ini yang jarang ditemui dari film monster lain yang membuat setiap penonton yang selesai menonton film ini akan menjadikan film ini sebagai film yang paling berkesan di hati mereka. Faktor apa itu? Tonton saja sendiri deh, saya pastikan Anda tidak akan pernah menyesal menonton film ini. Really touching and dark!

Rate: 8/10


Read More - Review Movie: The Mist

Sabtu, 03 Desember 2011

Review Movie: Ocean's Twelve






Release: 2004
Stars: George Clooney, Brad Pitt, dan Julia Roberts.
Director: Steven Soderbegh
Writer: George Nolfi

Masih ingat dengan perampokan kasino yang berkelas ala George Clooney beserta kawan-kawannya? Kali ini mereka kembali mempersiapkan pencurian dengan strategi terbaik dengan judul Ocean's Twelve yang berarti akan ada penambahan personil di tim mereka. Siapakah itu?

Setelah mereka berhasil merampok kasino milik Terry Benedict, Danny (George Clooney) dan kawan-kawannya menjalani kehidupan yang mereka impikan. namun kehidupan mereka terusik dengan hadirnya Terry secara tiba-tiba yang meminta semua hasil curian mereka dikembalikan dengan tambahan bunga. Danny terpaksa kembali melakukan pekerjaan lamanya dengan kawan-kawannya untuk menutupi hutang mereka terhadap Terry. Lalu mereka merencanakan untuk mencuri sebuah barang yang berharga milik seorang collector. Ketika mereka menjalankan misinya, ternyata mereka sudah didahului oleh penduri lain yang sering disebut Night Fox.


Night Fox menantang Danny dan timnya untuk melakukan sebuah pencurian lain, yaitu mencuri sebuah telur emas. Mereka pun merencanakan pencurian tersebut, namun tak ada yang sempurna. Beberapa rencana mereka gagal yang menyebabkan Danny dan beberapa anggotanya dipenjara. Anggota Danny yang tersisa akhirnya meminta bantuan kepada Tess (Julia Roberts) untuk membantu mereka, yang menjadikannya unik adalah dimana Tess yang diperankan oleh Julia Roberts harus berpura-pura menjadi Julia Roberts agar bisa mendapatkan telur emas itu karena mereka menganggap kalu Tess mirip dengan Julia Roberts (what the....?!), bahkan saking miripnya hingga seorang Bruce Willis menyangka bahwa Tess memang benar-benar Julia Roberts. Namun tim yang dipimpin oleh Linus (Matt Damon) ini bak anak itik tanpa induknya karena tanpa kehadiran Danny dan Rusty (Brad Pitt) yang sedang dipenjara. Hingga akhirnya tim ini pun menyusul Danny dan yang lain masuk penjara. Lengkap sudah semua tim Ocean's Eleven di penjara. Lalu bagaimana dengan rencana mereka? Bagaimana cara mereka keluar dari penjara tersebut?

Ocean's Twelve memang memiliki cerita yang lebih rumit dari Ocean's Eleven. Dari mulai pencurian barang koleksi, mencuri telur emas, rencana untuk keluar penjara, bahkan drama antara Rusty dan Isabel (Catherine Zeta-Jones) yang memasukan mereka ke dalam penjara. Bandingkan dengan Ocean's Eleven yang hanya memfokuskan cerita ke pembobolan kasino saja. namun tentu dengan semakin banyak konflik yang terjadi, semakin banyak twist yang anda dapatkan. Dan itu pula yang saya rasakan di film ini.


Overall, Ocean's Twelve memang tak sesimpel Ocean's Eleven dari segi cerita. Butuh keseriusan dan pengamatan sepanjang film yang berdurasi sekitar 2 jam ini. Namun anda tak akan kecewa dengan hasilnya, ketika Danny dan Tess membongkar semua rahasia mereka kepada Night Fox. Brilliant!

Rate: 7/10


Read More - Review Movie: Ocean's Twelve

Review Movie: Hobo With A Shotgun

Release 2011
Stars: Rutger Hauer, Molly Dunsworth.
Director: Jason Eisener
Writer: John Davies

Anda penyuka film-film yang tokoh utamanya anak muda atau terkenal seperti Tobey Maguire atau Daniel Radcliffe? atau anda lebih suka film yang diperankan oleh aktor tampan seperti Leonardo DiCaprio? Atau action yang memajang muka veteran seperti Danny Trejo? Kalau anda memilih opsi yang terakhir, berarti Hobo With A Shotgun sangat cocok dengan anda.Sebuah film yang lahir setelah fake trailernya muncul di Grindhouse (2007).

Film dibuka dengan adegan seorang gelandangan yang sedang berjalan di jalanan sebuah kota yang terlihat sangat kacau dan tanpa aturan, lalu dia melihat seorang laki-laki berlari dengan sesuatu seperti tutup lubang selokan (atau apalah namanya...) terpasang di kepalanya, lalu laki-laki itu ditempatkan tepat di lubang selokan tersebut, lalu kawat dilingkarkan di kepalanya dan, BUUMMM!! sebuah mobil menarik kawat itu dan terlepaslah kepala laki-laki itu hingga menyebabkan hujan darah yang dinikmati oleh seorang wanita.


Namun tidak cukup sampai disana, kekejaman demi kekejaman terjadi di kota tersebut, berbagai kejahatan tidak terelakan, bahkan para polisi disana pun adalah polisi korup. Gelandangan tadi yang akhirnya disebut Hobo pun muak dengan semua kejahatan di kota itu dan akhirnya membeli sebuah shotgun yang pada awalnya ia rencanakan untuk membeli sebuah pemotong rumput. Mulailah Hobo menjadi pahlawan pembasmi kejahatan di kota itu. Hingga dia pun menjadi incaran seorang penguasa kota dan kedua anaknya yang menyebalkan itu. Lalu mulailah Hobo dibantu dengan temannya yang seorang pelacur menghadapi orang-orang yang tak bertanggung jawab itu.

Hobo With A Shotgun merupakan film kedua yang lahir dari fake trailer di film Grindhouse setelah sebelumnya Machete (2010) terlebih dahulu dirilis dengan Danny Trejo sebagai sang pahlawan. Sama halnya dengan Machete, Hobo With A Shotgun penuh dengan adegan disturbing dan banjir darah. Bagi anda yang tidak kuat melihat banyak darah, usus berceceran atau kepala yang hancur disarankan tidak menonton film ini. bahkan menurut saya, Hobo With A Shotgun mampu melebihi Machete dari segi darah dan kesadisannya. Tak percaya? Tonton dan buktikan saja sendiri.

Overall, Hobo With A Shotgun lumayan membuat saya merasa ngilu dengan beberapa disturbing scenenya, tapi dibalik semua darah itu, terdapat sebuah pesan yang disampaikan oleh Hobo sebelum pertarungannya dengan The Plague di akhir film. Pesan apa itu? Tonton dan carilah sendiri pesan itu.
Rate: 7/10


Read More - Review Movie: Hobo With A Shotgun

Kamis, 24 November 2011

Review Movie: Ocean's Eleven


Release: 2001
Stars: George Clooney, Brad Pitt, Julia Roberts dan Matt Damon.
Director: Steven Soderberg
Writer: Ted Griffin

Bagaimana jadinya kalau George Clooney, Brad Pitt dan Matt Damon bekerja sama untuk merampok sebuah kasino terkenal di Las Vegas? Pasti bakal penuh intrik, aksi dan juga ide-ide cerdik yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya. Itulah yang ditawarkan oleh Film yang merupakan remake dari versi asli tahun 1960 ini.Untuk versi remake ini disutradarai oleh Steven Soderberg yang sebelumnya pernah menyutradarai Traffic (2000), dan karis penyutradaraannya menanjak semenjak menyutradarai Ocean's Eleven ini, sebut saja Che: Part One (2008), Che: Part Two (2008), 2 Sequel Ocean's Eleven dan yang terbaru yaitu Contagion (2011).

Film dibuka dengan Danny Ocean yang sedang diwawancara sebelum akhirnya bebas setelah menghabiskan empat tahun di penjara. Danny lalu menemui kawan lamanya, Rusty Ryan (Brad Pitt) untuk memberi tahu rencana terbarunya. Rencananya itu ialah untuk merampok 3 buah kasino di Las Vegas. Untuk melaksanakan rencanya itu, Danny membutuhkan sebuah kru, orang-orang yang berpengalaman dalam bidang "perampokan". Lalu Danny dan Rusty pun mulai merekrut kawan-kawan lama yang sudah biasa bekerja dengannya. Setelah ada 10 orang, lalu Danny merasa masih kurang satu orang, lalu dia bertemu dengan Linus Caldwell (Matt Damon) di sebuah kereta di Chicago yang sedang melakukan aksi "perampokan" di kereta tersebut. Lalu Danny menawari Linus untuk menjadi orang ke sebelas, Linus pun setuju dan akhirnya lengkaplah sudah 11 orang.


Lalu mulailah rencana mereka untuk membobol kasino itu. Simulasi mereka lakukan, berbagai macam latihan, bahkan sampai mencuri sebuah alat untuk mematikan aliran listrik di seluruh kota untuk sesaat. Setelah mereka merasa siap, mereka pun mulai beraksi dengan berbagai macam penyamaran, mengelabui penjaga kasino, sampai-sampai pura-pura dipukuli mereka lakukan demi kelancaran rencana mereka. Namun sesempurna apapun sebuah rencana, pasti ada sebuah kesalahan yang disadari maupun tidak, disengaja maupun tidak. Namun memang keberuntungan memihak kepada mereka, ketika mereka menghadapi sebuah masalah yang mengancam rencana mereka, selalu terjadi hal yang memihak kepada mereka. Namun ketika pelaksanaan misi, mereka pun akhirnya mengetahui tujuan Danny merampok kasino tersebut, karena ternyata kasino itu milik Terry Benedict yang tidak lain adalah kekasih Tess (Julia Roberts) yang juga adalah mantan istri Danny.

Overall. Ocean's Eleven memang tidak banjir penghargaan dan masuk nominasi Oscar layaknya Fight Club (1999), Se7en (1995) atau bahkan The Thin Red Line (1998), namun Ocean's Eleven juga merupakan film yang menawarkan ketegangan lewat aksi-aksi yang ditampilkan oleh para aktor pemerannya yang sudah tak asing lagi namanya. Ya, mungkin selain karena film ini adalah remake, nama para pemeran yang sudah sangat tak asing menjadi daya tarik lain Ocean's Eleven.


Rate: 7/10
Read More - Review Movie: Ocean's Eleven

Senin, 21 November 2011

Review Movie: Rescue Dawn


Release: 2006
Stars: Christian Bale dan Steve Zahn
Director: Werner Herzog
Writer: Werner Herzog

Rescue Dawn, film kedua tentang perang Vietnam yang saya tonton dalam satu hari setelah Full Metal Jacket, dan saya kembali kagum kepada film ini. Pada awalnya, saya tertarik menonton ini hanya karena sosok Christian Bale tanpa mengetahui apa yang dihadirkan oleh Werner Herzog dalam film ini. Kalau anda menyukai film survival seperti 127 Hours (2010), Into The Wild (2007) atau Cast Away (2000), anda pasti akan menyukai film ini, meskipun ada perbedaan Rescue Dawn dari ketiga film yang saya sebutkan tadi.

Film sendiri bersetting ketika perang Vietnam, Dieter Dengler (Christian Bale) seorang pilot angkatan udara Amerika diberikan sebuah misi rahasia bersama 2 orang pilot lain untuk menyerang musuh, ketika melaksanakan misi, pesawat Dieter tertembak dan jatuh, namun Dieter berhasil menyelamatkan diri dan berlari dari kejaran musuh ke dalam hutan. Ketika sedang berusaha mencari bantuan, Dieter tertangkap pasukan Vietkong dan dibawa ke desa setempat. Dieter disiksa oleh mereka tanpa rasa ampun, dari mulai tidak diberi makan, diikat kaki dan tangannya, digantung terbalik, ditenggelamkan bahkan ditarik oleh seekor kerbau. Dieter akan dibebaskan jika dia mau menandatangani sebuah surat yang jika dia menandatangina berarti dia telah berkhianat kepada negaranya, namun dia menolak. akhirnya dia dibawa ke desa lain, selama perjalanan dia memperhatikan cara pasukan Vietkong mempertahankan diri di hutan.


Dieter pun di bawa ke sebuah tempat pengasingan, disana dia bertemu dengan tawanan lain, 2 orang Amerika dan 3 orang Asia yang bekerja untuk Amerika. Ternyata mereka sudah lama berada disana, bahkan ada yang sudah 2 tahun. Mereka pun menjalani hari yang menyiksa disana, makan hanya seadanya, tidur di sebuah pondok dengan kaki yang dipasung. Mereka semua hanya bisa pasrah, tapi tidak demikian dengan Dieter. Dia berencana untuk melarikan diri suatu hari nanti dengan bantuan dari teman-temannya itu. Dengan sabar mereka melaksanakan rencana Dieter, dari mulai menyimpan nasi yang seharusnya mereka makan untuk bekal nanti ketika di hutan, merencanakan untuk mengambil senjata musuh, membuka pasung mereka, membuat lubang di pondok dan lain-lain.

Tibalah saat mereka melarikan diri, dan mereka berhasil meskipun Dieter dan seorang temannya, Duane (Steve Zahn), dikhianati oleh yang lain. Akhirnya mereka melanjutkan misi menyelamatkan diri hanya berdua. Penderitaan mereka tidak berakhir disana, hanya berbekal 2 buah senjata, golok dan nasi yang merka simpan, mereka mencoba untuk mencapai sungai dan menuju Thailand. Namun ternyata tidak semudah yang mereka kira. Hujan besar, longsor, hingga kumpulan lintah harus mereka hadapi hingga akhirnya Duane merasa tidak sanggup lagi. Dieter tak mau meninggalkan Duane, dia berinisiatif untuk membakar sebuah pondok kecil agar pesawat Amerika yang sedang patroli melihatnya. Tapi malah tembakan yang bertubi=tubi yang diterima Dieter dari pasukan itu. Dan akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka untuk survive dari hutan tersebut. Berhasilkah mereka?


Film yang berdasarkan kisah nyata ini memang tidak sesukses film Bale yang sebelumnya seperti American Psycho (2000), The Machinist (2004) dan Batman Begins (2005), namun film ini mendapatkan banyak pujian dari para kritikus film. Salah satu Film survival yang banyak menghadirkan drama dan konflik di dalamnya terutama antara sosok Dieter yang tak kenal menyerah dan Duane yang sering merasa pesimis.

Overall, Rescue Dawn memang tak sebrilian 127 Hours dari segi survivalnya, namun Rescue Dawn memiliki tema yang menarik dari film survival lain, yakni bertahan hidup dalam hutan yang sedang dalam konflik perang Vietnam. Ditambah anda akan kembali menyaksikan sosok Trevor Reznik disini, meskipun tak terlalu terlihat seperti zombie (yang sudah menonton The Machinist pasti ngerti). Recommended bagi yang menyukai tema survival.



 
 Rate: 7/10
Read More - Review Movie: Rescue Dawn

Jumat, 18 November 2011

Review Movie: Full Metal Jacket

Release: 1987
Stars: Matthew Modine, Vincent D'Onofrio, dan R. Lee Ermey
Director: Stanley Kubrick
Writers: Gustav Hasford, Michael Herr dan Stanley Kubrick

Full Metal Jacket, salah satu dari 3 Film perang Amerika melawan Vietnam yang saya tonton kemarin, namun tentu Film ini mempunyai perbedaan dengan Film lainnya, yakni Film ini tergolong Film lama karena rilis pada tahun 1987 (saya aja belum lahir..), dan disutradarai oleh Stanley Kubrick yang terkenal lewat 2001: A Space Odyssey (1968), A Clockwork Orange (1971) dan tentu saja The Shining (1980).

Film ini sendiri terbagi jadi 2 bagian. Bagian pertama adalah ketika pelatihan militer di sebuah Pulau bernama Parris, Carolina Selatan. Film dibuka dengan sekelompok pemuda satu persatu mereka digunduli rambutnya, sudah bisa ditebak bahwa mereka akan menjalani pelatihan militer. Selanjutnya, Sersan Hartman adalah pemimpin mereka selama di pelatihan, dengan latihannya yang berat dan juga disiplin yang sangat ketat serta dengan ciri khas  seorang marinir yaitu berbicara dengan keras dan lantang. Di adegan awal ini terlihatlah bahawa fokus cerita berpusat pada Prajurit Joker (Matthew Modine) dan Prajurit Pyle (Vincent D'Onofrio). Keduanya memiliki kepribadian yang berbeda, Joker sangat cekatan dan rajin serta kritis sehingga dia menjadi Komandan Skuad, sedangkan Pyle adalah sebaliknya, karena badannya yang lumayan gemuk, dia sangat kesulitan dengan berbagai macam latihan fisik yang dijalaninya.


Ketika Joker ditunjuk menjadi Komandan Skuad, dia pun bersusah payah membantu Pyle mengatasi kesulitannya selama latihan, dengan sabar Joker selalu menuntun dan menasihati Pyle. Tapi emang dasar Pyle yang sepertinya menganggap semua pelatihan ini hanya main-main, dan sepertinya juga sudah kebal dengan teriakan dan hukuman Sersan Hartman. Hingga suatu hari ketika pemeriksaan kuku, Pyle ketahuan menyembunyikan sebuah donat jeli, sehingga mulai detik itu, jika Pyle melakukan kesalahan, maka seluruh Prajurit akan mendapatkan getahnya alias dihukum, sedangkan Pyle sendiri tidak dihukum karena tak sanggup menjalani hukuman itu. Hal tersebut membuat Prajurit lain kesal terhadap Pyle yang tak mau merubah sikapnya, dan pada suatu malam mereka semua melampiaskan kekesalan mereka terhadap Pyle dengan memukulnya dengan sabun yang dibungkus handuk ketika Pyle sedang tidur, tentu saja Pyle merasa kesakitan karena hal itu, termasuk Joker yang sebenarnya sangat tidak tega melakukan hal itu. Sejak itulah Pyle menjadi berubah, dia menjadi sangat bersemangat, rajin dan giat dalam berlatih. Sersan Hartman pun memuji perkembangannya, sedangkan Joker mendapatkan keanehan pada diri Pyle yang sering berbicara dengan senjatanya. Hingga ketika malam terakhir di pelatihan, Pyle membunuh Sersan Hartman di depan Joker dan bunuh diri dengan senjatanya karena tekanan mental yang bertubi-tubi selama pelatihan.

Bagian kedua sendiri berpusat ketika perang di Vietnam, tokoh utama masih Joker yang ditugaskan di bagian jurnalistik untuk meliput perang disana ditemani rekannya Rafterman. Lalu mereka diberikan sebuah tugas untuk meliput ke Phu Bai, dan disana dia bertemu dengan rekannya di pelatihan, Koboi, dan mengikuti timnya.Disinilah konflik mulai tejadi, pimpinan mereka tewas diserang musuh, lalu penggantinya pun tewas, sehingga pimpinan dialihkan kepada Koboi. Koboi lalu membawa timnya melanjutkan perjalanan hingga salah satu dari mereka menyadari bahwa mereka telah salah jalan. Ketika mereka mencoba jalan lain ternyata di tempat itu ada seorang sniper yang berhasil membunuh 3 Prajurit termasuk Koboi. Joker pun marah karena sahabatnya tewas dibunuh oleh "Penembak Tak Terlihat", ia dan rekan-rekannya lalu mendekati dan memasuki tempat sniper itu dan dengan berpencar mencari si pembunuh Koboi. Dan akhirnya Rafterman berhasil menembak jatuh sniper itu yang sedang menembaki Joker, namun ternyata, sniper itu hanyalah seorang gadis yang sendirian di gedung itu. Karena tak ingin membuat gadis itu menderita lebih lama lagi, Joker pun akhirnya menembak gadis itu hingga tewas dan mereka pun melanjutkan perjalanannya.


Overall, Film yang mendapatkan 3 nominasi Academy Award 1988 ini sangat layak masuk untuk ditonton dan dikoleksi. Karena selain menampilkan sebuah FIlm perang yang berbeda dari Film lain, Full Metal Jacket pun memiliki pesan bahwa setiap tentara dalam sebuah peperangan hanyalah manusia biasa, mereka tidak ingin adanya perang, yang mereka inginkan hanyalah satu, yaitu pulang ke rumah dengan selamat.


Rate: 8/10
Read More - Review Movie: Full Metal Jacket