Rabu, 21 Desember 2011

Review Movie: Contagion



Release: 2011
Stars: Matt Damon, Kate Winslet and Jude Law
Director: Steven Soderbergh
Writer: Scott Z. Burns

Masih ingat ketika virus H5N1 atau virus flu burung dan virus H1N1 atau virus flu babi menggemparkan dunia beberapa waktu yang lalu? Korban-korban berjatuhan, ratusan kasus ditemukan dan tak sedikit yang tewas karena virus-virus tersebut. Belum lagi dengan berbagai isu kiamat yang banyak bermunculan meskipun sampai sekarang belum ada yang terbukti benar (kalau terbukti, ga mungkin saya bisa nulis artikel ini kan?). Lalu bagaimana bila ternyata penyebab kiamat dunia ini bukan lah meteor yang menabrak permukaan bumi, atau badai matahari yang menghancurkan bumi, tapi karena sebuah virus baru yang menyebar sangat cepat dan sangat mematikan? Itulah tema yang diambil sutradara Ocean's Eleven Trilogy, Steven Soderbergh di Contagion ini.

Contagion menyajikan sajian sebuah film kiamat layaknya film-film bertema serupa seperti 2012, Doomsday, The Day After Tomorrow. Namun Contagion terasa lebih menyeramkan karena memiliki cerita yang lebih dekat dengan kehidupan kita sekarang. Virus yang di akhir film diketahui berasal dari potongan buah pisang yang telah digigit oleh kelelawar lalu digigit oleh babi, setelah itu babi disembelih dan virus yang ada di gigi babi tersebut disentuh oleh seorang koki yang menularkannya kepada Beth Emhoff yang diduga sebagai korban pertama yang selanjutnya menularkan virus tersebut kepada beberapa orang yang menyebarkannya lagi kepada orang lain. Beth baru saja pulang dari liburannya di Hong Kong, ketika sampai di rumah, sudah terlihat gejala-gejala bahwa Beth sedang sakit, setidaknya itu yang dirasakan oleh Mitch Emhoff (Matt Damon) ketika melihat istrinya pucat layaknya orang yang sakit lain.


Awalnya Mitch hanya beranggapan bahwa istrinya hanya terkena flu biasa, namun keadaan semakin parah ketika Beth terjatuh dan mengalami kejang hingga akhirnya meninggal. Tak cukup penderitaan Mitch, ketika dia pulang dari rumah sakit, ternyata anak laki-lakinya pun meninggal dengan gejala yang sama. Setelah itu ditemukan banyak kasus yang memiliki kemiripan dari gejala-gejalanya di seluruh dunia. Berbagai pihak mulai menyelidiki penyebabnya, hingga mereka menemukan bahwa Beth adalah sumber penularan virus mematikan tersebut ketika dia berada di Hong Kong. Pihak-pihak tersebut berusaha untuk membuat vaksinnya sebelum korban bertambah banyak meskipun sudah banyak yang berjatuhan.

Di lain pihak, seorang penulis sekaligur blogger Alan (Jude Law) juga ikut menyelidiki virus tersebut. Alan yang memiliki blog yang ramai dikunjungi ini mencoba untuk menenangkan masyarakat dengan menyebarkan berita palsu bahwa dirinya tertular namun dapat sembuh dengan obat dari bunga Forsythia meskipun bunga tersebut tidak dapat menyembuhkan penyakit ganas tersebut. Semakin lama, keadaan semakin parah, kota semakin kacau dengan terjadinya banyak penjarahan toko. Masyarakat semakin banyak yang tertular sementara vaksin masih belum ditemukan. Akhirnya seorang dokter yang meneliti virus tersebut membuat sebuah vaksin yang ternyata efektif mencegah virus tersebut namun hanya untuk sementara. Vaksin tersebut akhirnya diproduksi di berbagai penjuru dunia untuk mencegah semakin banyaknya korban berjatuhan karena virus mematikan itu.


Contagion memang terasa sangat menyeramkan karena virus yang belum memiliki vaksin tersebut sangat cepat mematikan korbannya dan sangat mudah tertular, dari mulai bekas pegangan tangan, nafas, bekas minum dan lain-lain yang tentu sering kita jumpai di sekitar kita. Film ini mengajari kita agar lebih menjaga kesehatan dan lingkungan. Rajin mencuci tangan adalah yang paling mudah dilakukan untuk menjaga diri dari berbagai penyakit yang mungkin ada di sekitar kita. Akting para pemainnya pun cukup memberikan kesan mencekam bahwa betapa takutnya mereka terhadap virus itu. Lihat saja sosok Mitch yang ternyata kebal dari virus itu, setelah kehilangan istri dan anak laki-lakinya, dia berusaha keras agar anak perempuannya tidak tertular. Lalu para pemeran lain yang diberikan porsi yang hampir merata oleh Soderbergh sebagai warga biasa yang ingin selamat dari wabah virus tersebut.

Overall, Contagion bisa terasa lebih mencekam dan menakutkan karena terlihat sangat real bila dibanding dengan film bertema kiamat lain. Namun durasi yang terlewat panjang sempat juga membuat saya bosan meski hanya sesaat karena berbagai adegan yang sangat dekat dengan kehidupan kita itu membuat saya khawatir juga. Contagion memang bukan yang terbaik, tapi setidaknya memberikan gambaran bahwa kematian bisa datang kepada kita dengan cara apapun dan dimanapun. Nothing spreads like fear.

Rate: 7/10


Read More - Review Movie: Contagion

Review Movie: Warrior





Release: 2011
Stars: Tom Hardy, Joel Edgerton and Nick Nolte
Director: Gavin O'Connor
Writers: Gavin O'Connor and Cliff Dorfman

Pertama mendengar film besutan sutradara asal New York, Gavin O'Connor ini selintas mirip dengan film bela diri tinju The Fighter tahun 2010 lalu. Berbeda dengan The Fighter yang menampilkan nama-nama terkenal seperti Mark Wahlberg (The Departed) dan Christian Bale (The Prestige), Warrior hadir dengan pemain yang  bisa dibilang baru menanjak karirnya, sebut saja 2 pemeran utamanya Tom Hardy (Inception) dan Joel Edgerton (The Thing). Namun ternyata nama besar tidak selalu menjamin akting yang memuaskan, karena Tom dan Joel berakting sangat apik di film ini sebagai adik-kakak yang lama tak bertemu dan dapat kembali bertemu di ring arena bela diri campuran ini.

Warrior menceritakan tentang Tommy (Tom Hardy) yang keluar dari Angkatan Laut dan kembali ke arena bela diri dengan bantuan ayahnya (Nick Nolte) yang selalu melatihnya agar bisa bertanding di sebuah kejuaraan bela diri campuran bernama Sparta. Tommy menggemparkan dunia bela diri campuran setelah videonya ketika mengalahkan petarung kelas menengah di sebuah gym beredar di Youtube yang membuat dia berhasil menjadi salah satu peserta Sparta. Disisi lain, kakak Tommy, Brendan yang sudah menikah dan memiliki anak, kini bekerja sebagai seorang guru, namun karena memiliki hutang yang banyak, Brendan mengambil pekerjaan simpangan selepas mengajar yaitu menjadi petarung jalanan yang membuat dirinya mendapatkan skors dari sekolah tempat dia mengajar.


Karena Brendan sangat membutuhkan uang untuk membayar hutangnya, dia memutuskan untuk kembali ke dunia bela diri, dengan bantuan teman sekaligus pelatihnya, dia berhasil menjadi salah satu dari 16 peserta Sparta. Ketika turnamen akan dimulai, barulah brendan menyadari bahwa adiknya, Tommy juga menjdai peserta turnamen tersebut. Permasalahan keluarga yang menimpa mereka membuat Tommy membenci ayah dan kakaknya, Brendan. Ketika turnamen berlangsung, Tommy yang bersikap dingin berhasil melaju ke final setelah mengalahkan lawan-lawannya tanpa kesulitan, sebaliknya, Brendan berhasil masuk final setelah berjuang mati-matian mengalahkan lawan-lawannya, dan akhirnya partai final mempertemukan 2 saudara yang lama terpisah ini. Tommy yang bertanding demi negara karena akan menyumbangkan hadiahnya kepada istri teman seperjuangannya di Angkatan Laut melawan Brendan yang bertanding demi keluarganya agar bisa melunasi semua hutangnya. Pertandingan yang sarat emosi dalam beberapa ronde. Brendan yang sedikit ragu melawan adiknya akhirnya bersungguh-sungguh dalam bertarung bahkan sempat mempatahkan bahu sang adik hingga Tommy hanya bisa menggunakan tangan kanannya untuk bertarung. mereka berdua terus bertarung hingga salah satu dari mereka menyerah.

Warrior meskipun bertemakan bela diri campuran, namun hanya sedikit menampilkan adegan bertarungnya, sepertinya sang sutradara lebih ingin memfokuskan pada konflik keluarga antara Tommy, Brendan dan ayahnya. Brendan yang sewaktu remaja meninggalkan keluarganya untuk menikahi istrinya, membenci ayahnya karena seorang pemabuk berat dan mendidik anak-anaknya secara keras. Sedangkan Tommy yang ditinggalkan sang kakak harus kehilangan ibunya yang meninggal karena penyakit, dan akhirnya meninggalkan sang atah untuk bergabung dengan Angkatan Laut. Sang ayah pun lambat laun tersadarkan setelah ditinggalkan oleh keluarganya, dia berhenti mabuk-mabukan dan dapat diterima kembali oleh Tommy meskipun dengan setengah hati, bahkan Brendan sulit untuk memaafkan ayahnya itu.


Overall, Warrior adalah sebuah film yang sangat menghibur dari segi dramanya, namun dari segi actionnya memang kurang karena Warrior memang lebih fokus kepada konflik para pemainnya. Jujur, 1 jam pertama memang terasa membosankan, namun 1 jam terakhir sangat mengasyikkan, terutama sepanjang turnamen Sparta digelar, konflik di awal film berubah menjadi suasana haru yang dialami para pemainnya, dan tentu endingnya yang sangat mengharukan itu. Family is worth fighting for. Warrior, One of the best films of the year!

Rate: 8/10


Read More - Review Movie: Warrior

Kamis, 15 Desember 2011

Review Movie: SAW


Release: 2004
Stars: Cary Elwes, Leigh Whannell and Tobin Bell
Director: James Wan
Writer: Leigh Whannell

 Ketika di kampus kemarin, saya tidak sengaja mendengar teman saya membicarakan tentang film favorit saya "SAW" ini. Ternyata teman-teman saya sedang nonton bareng film yang membuat saya kecanduan terhadap film ini. Saya lalu teringat ketika pertama kali menonton seri awal dari franchise SAW ini di salah satu stasiun televisi nasional yang waktu itu menayangkan SAW tepat jam setengah 12 malam sekitar 3 tahun yang lalu. Dengan modal keberanian dan nekat, saya nonton film ini sendirian meskipun dengan jantung yang terus berdetak sangat kencang dan membuat saya merinding. Namun semua itu terpuaskan dengan salah satu film horror terbaik di abad ini.

Setelah saya download dari situs tetangga, dan menonton ulang SAW entah untuk ke berapa kalinya. Lagi-lagi saya dibuat merinding dengan kisah yang disajikan oleh sutradara kelahiran Malaysia, James Wan yang juga menyutradarai Insidious (2010) yang tak kalah menyeramkan itu, meskipun saya sudah beberapa kali menontonnya dan tahu endingnya yang twist itu. Mungkin James Wan tidak akan mengira karyanya yang ditulis oleh Leigh Whannell yang berperan sebagai Adam ini akan menjadi sebuah karya yang besar dan menjadi franchise yang sukses di pasaran bahkan dibuat hingga seri ketujuh tahun 2010 lalu.


Dalam review SAW ini, saya anggap Anda belum tahu mengenai SAW, dan belum mengenal Jigsaw, John Kramer, Adam, atau Dr. Lawrence Gordon sebelumnya, dan tentu saja Anda belum tahu endingnya. Film dibuka dengan seorang pria yang berada di sebuah bathtub yang berisi air, ketika dia sadar, dia tak sengaja menarik penutup lubang bathtub itu (atau apalah namanya) yang membuat bathtub itu terkuras sampai airnya habis. Lalu pria itu tak dapat melihat apapun karena ruangan sangat gelap. Dan ternyata dia tidak sendirian disana, ketika lampu menyala, ternyata di ruangan yang ternyata lagi adalah sebuah kamar mandi usang itu ada dua, tidak, tiga orang, Adam (Leigh Whannell) dan Dr. Lawrence Gordon (Cary Elwes) yang sama-sama dalam keadaan kakinya terikat dengan rantai ke pipa, lalu ada seorang pria yang terkapar tewas karena bunuh diri dengan menembakkan pistol ke kepalanya. Adam dan Dr. Gordon lalu menemukan sebuah rekaman di saku mereka, setelah memutarnya, mereka mengetahui bahwa si pelaku ingin agar Dr. Gordon membunuh Adam atau istri dan anaknya yang akan dibunuh.

Setelah itu, Dr. Gordon akhirnya mengetahui siapa dalang yang menjebloskan mereka ke kamar mandi itu. Dia seorang pembunuh yang dikenal dengan nama Jigsaw. Salah satu korban selamat dari aksi Jigsaw adalah Amanda (Shawnee Smith) yang terpaksa harus membunuh seorang pria agar bisa mengambil kunci jebakan yang terpasang di kepalanya, dan kunci itu berada di dalam perut pria itu. Dr. Gordon menyadari, bahwa Jigsaw ingin agar mereka berdua (Dr. Gordon dan Adam) memotong kaki mereka agar bisa lolos dari sana. Di tempat lain, seorang detektif diberi tugas agar menyelidiki kasus Jigsaw ini, hingga dia dan rekannya hampir menangkap Jigsaw, namun malah rekannya yang terbunuh oleh jebakan Jigsaw. Sejak peristiwa itu, sang detektif bertekad untuk menangkap Jigsaw.


Waktu berlalu, Dr. Gordon dan Adam pun mulai mengetahui fakta-fakta dibalik semua yang menimpa mereka. Mulai dari Adam yang ternyata telah lama memata-matai Dr. Gordon dan dibayar oleh detektif yang mencurigai Dr. Gordon, lalu Dr. Gordon yang selingkuh dari istrinya. Lalu tentang istri dan anaknya yang disekap oleh Jigsaw di rumahnya. Dr. Gordon menjadi sangat depresi hingga dia mengetahui bahwa dalang di balik semua itu adalah Zep yang merupakan salah satu perawat di rumah sakit tempat dia bekerja. Lalu ketika waktu habis, Dr. Gordon yang depresi akhirnya memotong kakinya sendiri, lalu menembak Adam. Setelah itu, Zep yang datang ke kamar mandi itu setelah membunuh detektif dan gagal mebunuh istri dan anak Dr. Gordon, akhirnya tewas di tangan Adam. Dr. Gordon ternyata sengaja menembak Adam di bahunya, agar dia masih bisa diselamatkan.

Dr. Gordon yang kehilangan sebelah kakinya pun merangkak keluar kamar mandi untuk mencari bantuan karena mereka berfikir bahwa semua sudah berakhir, Jigsaw yang ternyata adalah Zep pun telah tewas. Namun ketika Adam berusaha mencari kunci di jaket Zep, Adam malah menemukan rekaman yang mirip seperti miliknya dan Dr. Gordon. Setelah dia memutar rekaman itu, dia sadar kalau Zep juga adalh korban Jigsaw dan bagian dari permainanya. Lalu yang tak disangka, mayat pria yang bunuh diri di ruangan itu perlahan bangkit, dan ternyata mayat itulah sang Jigsaw yang selama ini berpura-pura mati. Dan yang lebih menyakitkan bahwa kunci yang Adam cari sebenarnya sejak awal berada di dekat Adam, yaitu ketika dia dalam keadaan pingsan di bathtub itu, namun sayangnya karena bathtub itu terkuras airnya, kuncinya pun ikut masuk ke lubang pengurasan air. Seiring dengan ketidak percayaan yang dialami Adam, sang Jigsaw yang diketahui bernama John yang juga merupakan pasien Dr. Gordon pun keluar dari ruangan itu dan menutup pintunya meninggalkan Adam bersama mayat asli dari Zep, membiarkannya membusuk di ruangan itu, dan "Game Over!"


Siapa yang tak terkejut dengan ending yang luar biasa itu? Selama 103 menit, kita akan disuguhi kisah-kisah para tokoh yang telibat dalam kasus Jigsaw ini. Mulai dari Adam fotografer yang suka memata-matai orang, Dr. Gordon yang memiliki masalah rumah tangga, Detektif Tapp yang frustasi karena tak bisa menangkap Jigsaw, hingga Zep yang pada awalnya disangka sebagai Jigsaw, namun ternyata adalah salah satu korban permainan Jigsaw. Siapa yang tak merinding ketika adegan Amanda mengubek-ubek isi perut pria yang dibunuhnya untuk mencari kunci perangkap yang terpasang di kepalanya, atau adegan ketika Dr. Gordon memotong kakinya dengan gergaji yang terlihat sudah tumpul dan berkarat itu.

Overall, SAW merupakan sebuah horror sejati dengan ciri khas ending yang menakjubkan yang membuat siapapun yang menontongnya (termasuk saya) merinding dibuatnya. Saya bisa saja menjadikan film ini sebagai bahan skripsi saya nanti karena saking menariknya film ini.One of the Best Movie I ever seen! So, bagi Anda yang belum menonton SAW, berani untuk menontonnya atau tidak? Make your choice!

Rate: 9/10



Read More - Review Movie: SAW

Selasa, 13 Desember 2011

Review Movie: Drive


Release: 2011
Stars: Ryan Gosling, Carey Mulligan and Bryan Cranston
Director: Nicolas Winding Refn
Writer: Hossein Amini

Menonton Drive ini sama seperti berarung jeram di sungai yang airnya tenang, namun tiba-tiba anda jatuh karena air terjun yang menghadang perahu boat anda. Namun semua itu memberikan sensasi tersendiri bagi anda. Seperti itulah film karya sutradara asal Denmark, Nicolas Wending Refn ini. Anda akan dibawa dengan suasana santai, hanya dihiasi oleh pandangan dan senyuman para pemerannya, namun tiba-tiba semua adegan manis itu berubah menjadi pembunuhan yang berdarah-darah yang tiba-tiba, dan berubah kembali menjadi suasana santai.

Driver (Ryan Gosling), begitu panggilan seorang anak muda yang bekerja sebagai stuntman khusus adegan mobil yang juga bekerja menjadi montir di sebuah bengkel. Sosoknya yang pendiam, dan memiliki prinsip "talk less do more", hanya senyuman dan pandangan yang bersahabat yang dia miliki, menjadikan dia banyak dan gampang disukai oleh orang yang baru dikenalnya, termasuk tetangganya yaitu Irene (Carey Mulligan) yang hidup bersama anak laki-lakinya yang sedang menunggu suaminya, Standard, keluar dari penjara.


Irene dan anaknya pun langsung menyukai sosok pemuda itu, ketika suaminya keluar dari penjara pun "sang pengemudi" menjadi temannya dan membantunya mengatasi masalah yang dimilikinya. Namun ternyata masalah yang dimiliki Standard yaitu hutang kepada temannya Cook ini berbuah panjang. Driver ternyata memiliki pekerjaan yaitu sebagai pengantar, siapapun bisa menyewa dia mengantar kemanapun tanpa terkecuali. Driver pun kali ini harus mengantarkan Standard dan temannya untuk merampok sebuah toko. Namun naas bagi Standard, dia tewas ditembak oleh sang pemilik toko. Melihat kejadian itu, Driver pun bergegas pergi dengan temannya Standard untuk melarikan diri karena mereka dikejar oleh mobil yang lain. Setelah mereka berhasil melarikan diri, masalah tidak selesai begitu saja, mereka terus diburu oleh sekumpulan orang. Melihat kejadian itu, Driver berinisiatif untuk mengembalikan uang itu kepada Nino yang dianggap pemilik dari uang itu. Ia pun berpacu dengan waktu untuk mengembalikan uang itu sebelum satu persatu orang yang dia sayang tewas dibunuh oleh anak buah Nino.

Dibalik sosoknya yang pendiam dan dingin itu, bukan berarti Driver adalah orang yang lemah, namun layaknya seorang pembunuh bertangan dingin, dia tidak segan-segan membunuh orang yang memang pantas untuk dia bunuh. Termasuk ketika adegan di elevator. Driver tidak segan membunuh salah satu anak buah Nino dengan cara mengnjak kepalanya sampai hancur karena berniat melukai Irene. Drive memang memiliki cerita yang agak datar, namun anda jangan khawatir karena ini tidak akan membuat anda bosan. Anda akan diajak untuk melihat sosok Driver lebih dalam dengan hanya memperhatikan tatapan, senyuman dan ucapannya yang jarang dia ucapkan jika memang tidak perlu.


Overall, Drive bisa jadi salah satu film terbaik tahun 2011 ini. Diadaptasi dari buku berjudul sama karya James Sallis, dan remake dari film berjudul The Driver (1978). Drive merupakan film yang menunjukkan bahwa pengorbanan kerap kali diperlukan demi orang yang kita sayangi. Drive menyajikan sosok seorang pahlawan dan gentleman yang sesungguhnya. "Some Heroes Are Real"? Absolutely!.

Rate: 8/10


Read More - Review Movie: Drive

Senin, 12 Desember 2011

Review Movie: Final Destination 5


Release: 2011
Stars: Nicholas D'Agosto, Emma Bell, and Miles Fisher
Director: Steven Quale
Writer: Eric Heisserer

Kematian kembali mengejar sekelompok remaja yang tidak seharunya selamat dari kecelakaan yang mereka alami. Ya, Final Destination kembali melanjutkan kisahnya setelah pada awalnya akan berakhir pada seri keempatnya tahun 2009 lalu dalam The Final Destination. Lalu apa yang ditawarkan oleh sang sutradara, Steven Quale dalam seri kelima ini yang membedakannya dengan seri-seri sebelumnya? Kecelakaan yang lebih "wah", efek yang lebih mumpuni dan tentu dengan masih setia dengan format 3D yang akan memanjakan para penonton setia franchise Final Destination ini.

Final Destination 5 masih setia dengan cerita-ceritanya yang telah lalu. Bila pada seri pertama Final Destination (2000) ada kecelakaan pesawat, Final Destination 2 (2003) ada kecelakaan kendaraan di jalan tol, Final Destination 3 (2006) kecelakaan di roller coaster, dan The Final Destination (2009) kecelakaan ketika balap nascar, di Final Destination 5 ini kita akan disuguhkan dengan kecelakaan ambruknya jembatan. Dan yang "beruntung" mendapatkan penglihatan itu adalah Sam Lawtan (Nicholas D'Agosto) yang sedang melakukan perjalanan memakai sebuah bus bersama rekan-rekan kerja di kantornya untuk berlibur ke Vancouver-British Island. Sama seperti seri-seri sebelumnya, Sam pun menjadi panik ketika mendapatkan penglihatan itu dan tanda-tandanya mulai tejadi, dia lalu mengajak kekasihnya Molly Harper (Emma Bell) untuk turun dari bus. Beberapa temannya pun ikut turun dari bus yaitu Peter Friedkin (Miles Fisher) dan kekasihnya Candice, lalu Olivia, Isaac, Nathan dan Dennis pun ikut turun dari bus. Lalu jembatan pun runtuh, dan mereka selamat (untuk sementara).


Mereka yang merasa telah selamat dari maut itu pun, tak merasakan perasaan apapun setelah itu kecuali Sam yang selalu mendapatkan pertanda bahwa sesuatu akan terjadi. Lalu kematian yang asalnya gagal membawa mereka mulai kembali dan kali ini tak ada ampun bagi mereka. Satu per satu korban selamat pun tewas dengan cara mengerikan. Hingga saat Nathan akan menemui kematian, dia selamat karena posisinya digantikan oleh pegawainya yang tewas menggantikannya. Dari hal itu, Sam dan teman-temannya yang belum menemui kematian beranggapan bahwa kematian dapat dicurangi kembali dengan cara menukar posisi mereka dengan orang lain, dengan kata lain mereka mengambil kehidupan orang lain.

Ketika giliran Peter tiba, dia mencoba untuk menggantikan posisinya dengan orang lain dengan cara membunuh orang yang tak dia kenal. Namun dia tak sanggup dan tak tega, karena orang lain yang tak bersalah tak pantas untuk diseret ke dalam masalahnya. Lalu, mendengar cerita Sam bahwa Molly adalah satu-satunya orang yang selamat di penglihatan Sam, peter beranggapan bahwa Molly tak pantas untuk hidup, dan Peter pun berusaha membunuh Molly, namun Sam berusaha melindungi Molly. Perkelahian pun terjadi di antara mereka hingga kematian mengambil Peter. Sam yang membunuh Peter yang membunuh seorang agen yang menyelidiki kasus kematian aneh tersebut merasa bahwa dia telah mengambil kehidupan orang lain, dengan kata lain dia selamat dari kematian untuk kedua kalinya.


Sam dan Molly pun memutuskan untuk pergi ke Paris setelah kejadian itu. Ketika mereka berada di pesawat, mereka melihat sekelompok orang melakukan keributan dan akhirnya keluar dari pesawat itu. Sam tidak memperdulikan hal itu, namun ternyata sesuatu telah menunggunya dan Molly. Apa itu? Inilah klimaks dari Final Destination 5 yang membuatnya berbeda dari seri Final Destination sebelumnya. Sebuah twist yang jarang ditemui di seri-seri sebelumnya.

Overall, Final Destination 5 berhasil memberikan tontonan yang lebih menarik dari seri Final Destination yang sebelumnya. Kecelakaan robohnya jembatan yang menurut saya terbaik kedua setelah kecelakaan di jalan tol di seri kedua selama Final Destination membuat kita "parno" dengan sekeliling kita selama 11 tahun. Selain karena kecelakaan jembatan yang mengagumkan itu, dan ending yang mengejutkan, kita juga akan disuguhi akting dari "Tom Cruise" yang frustasi karena kekasihnya tak bisa mencurangi kematian untuk kedua kalinya. Persis seperti taglinesnya, "Death has never been closer".

Rate: 7/10



Read More - Review Movie: Final Destination 5