Kamis, 24 November 2011

Review Movie: Ocean's Eleven


Release: 2001
Stars: George Clooney, Brad Pitt, Julia Roberts dan Matt Damon.
Director: Steven Soderberg
Writer: Ted Griffin

Bagaimana jadinya kalau George Clooney, Brad Pitt dan Matt Damon bekerja sama untuk merampok sebuah kasino terkenal di Las Vegas? Pasti bakal penuh intrik, aksi dan juga ide-ide cerdik yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya. Itulah yang ditawarkan oleh Film yang merupakan remake dari versi asli tahun 1960 ini.Untuk versi remake ini disutradarai oleh Steven Soderberg yang sebelumnya pernah menyutradarai Traffic (2000), dan karis penyutradaraannya menanjak semenjak menyutradarai Ocean's Eleven ini, sebut saja Che: Part One (2008), Che: Part Two (2008), 2 Sequel Ocean's Eleven dan yang terbaru yaitu Contagion (2011).

Film dibuka dengan Danny Ocean yang sedang diwawancara sebelum akhirnya bebas setelah menghabiskan empat tahun di penjara. Danny lalu menemui kawan lamanya, Rusty Ryan (Brad Pitt) untuk memberi tahu rencana terbarunya. Rencananya itu ialah untuk merampok 3 buah kasino di Las Vegas. Untuk melaksanakan rencanya itu, Danny membutuhkan sebuah kru, orang-orang yang berpengalaman dalam bidang "perampokan". Lalu Danny dan Rusty pun mulai merekrut kawan-kawan lama yang sudah biasa bekerja dengannya. Setelah ada 10 orang, lalu Danny merasa masih kurang satu orang, lalu dia bertemu dengan Linus Caldwell (Matt Damon) di sebuah kereta di Chicago yang sedang melakukan aksi "perampokan" di kereta tersebut. Lalu Danny menawari Linus untuk menjadi orang ke sebelas, Linus pun setuju dan akhirnya lengkaplah sudah 11 orang.


Lalu mulailah rencana mereka untuk membobol kasino itu. Simulasi mereka lakukan, berbagai macam latihan, bahkan sampai mencuri sebuah alat untuk mematikan aliran listrik di seluruh kota untuk sesaat. Setelah mereka merasa siap, mereka pun mulai beraksi dengan berbagai macam penyamaran, mengelabui penjaga kasino, sampai-sampai pura-pura dipukuli mereka lakukan demi kelancaran rencana mereka. Namun sesempurna apapun sebuah rencana, pasti ada sebuah kesalahan yang disadari maupun tidak, disengaja maupun tidak. Namun memang keberuntungan memihak kepada mereka, ketika mereka menghadapi sebuah masalah yang mengancam rencana mereka, selalu terjadi hal yang memihak kepada mereka. Namun ketika pelaksanaan misi, mereka pun akhirnya mengetahui tujuan Danny merampok kasino tersebut, karena ternyata kasino itu milik Terry Benedict yang tidak lain adalah kekasih Tess (Julia Roberts) yang juga adalah mantan istri Danny.

Overall. Ocean's Eleven memang tidak banjir penghargaan dan masuk nominasi Oscar layaknya Fight Club (1999), Se7en (1995) atau bahkan The Thin Red Line (1998), namun Ocean's Eleven juga merupakan film yang menawarkan ketegangan lewat aksi-aksi yang ditampilkan oleh para aktor pemerannya yang sudah tak asing lagi namanya. Ya, mungkin selain karena film ini adalah remake, nama para pemeran yang sudah sangat tak asing menjadi daya tarik lain Ocean's Eleven.


Rate: 7/10
Read More - Review Movie: Ocean's Eleven

Senin, 21 November 2011

Review Movie: Rescue Dawn


Release: 2006
Stars: Christian Bale dan Steve Zahn
Director: Werner Herzog
Writer: Werner Herzog

Rescue Dawn, film kedua tentang perang Vietnam yang saya tonton dalam satu hari setelah Full Metal Jacket, dan saya kembali kagum kepada film ini. Pada awalnya, saya tertarik menonton ini hanya karena sosok Christian Bale tanpa mengetahui apa yang dihadirkan oleh Werner Herzog dalam film ini. Kalau anda menyukai film survival seperti 127 Hours (2010), Into The Wild (2007) atau Cast Away (2000), anda pasti akan menyukai film ini, meskipun ada perbedaan Rescue Dawn dari ketiga film yang saya sebutkan tadi.

Film sendiri bersetting ketika perang Vietnam, Dieter Dengler (Christian Bale) seorang pilot angkatan udara Amerika diberikan sebuah misi rahasia bersama 2 orang pilot lain untuk menyerang musuh, ketika melaksanakan misi, pesawat Dieter tertembak dan jatuh, namun Dieter berhasil menyelamatkan diri dan berlari dari kejaran musuh ke dalam hutan. Ketika sedang berusaha mencari bantuan, Dieter tertangkap pasukan Vietkong dan dibawa ke desa setempat. Dieter disiksa oleh mereka tanpa rasa ampun, dari mulai tidak diberi makan, diikat kaki dan tangannya, digantung terbalik, ditenggelamkan bahkan ditarik oleh seekor kerbau. Dieter akan dibebaskan jika dia mau menandatangani sebuah surat yang jika dia menandatangina berarti dia telah berkhianat kepada negaranya, namun dia menolak. akhirnya dia dibawa ke desa lain, selama perjalanan dia memperhatikan cara pasukan Vietkong mempertahankan diri di hutan.


Dieter pun di bawa ke sebuah tempat pengasingan, disana dia bertemu dengan tawanan lain, 2 orang Amerika dan 3 orang Asia yang bekerja untuk Amerika. Ternyata mereka sudah lama berada disana, bahkan ada yang sudah 2 tahun. Mereka pun menjalani hari yang menyiksa disana, makan hanya seadanya, tidur di sebuah pondok dengan kaki yang dipasung. Mereka semua hanya bisa pasrah, tapi tidak demikian dengan Dieter. Dia berencana untuk melarikan diri suatu hari nanti dengan bantuan dari teman-temannya itu. Dengan sabar mereka melaksanakan rencana Dieter, dari mulai menyimpan nasi yang seharusnya mereka makan untuk bekal nanti ketika di hutan, merencanakan untuk mengambil senjata musuh, membuka pasung mereka, membuat lubang di pondok dan lain-lain.

Tibalah saat mereka melarikan diri, dan mereka berhasil meskipun Dieter dan seorang temannya, Duane (Steve Zahn), dikhianati oleh yang lain. Akhirnya mereka melanjutkan misi menyelamatkan diri hanya berdua. Penderitaan mereka tidak berakhir disana, hanya berbekal 2 buah senjata, golok dan nasi yang merka simpan, mereka mencoba untuk mencapai sungai dan menuju Thailand. Namun ternyata tidak semudah yang mereka kira. Hujan besar, longsor, hingga kumpulan lintah harus mereka hadapi hingga akhirnya Duane merasa tidak sanggup lagi. Dieter tak mau meninggalkan Duane, dia berinisiatif untuk membakar sebuah pondok kecil agar pesawat Amerika yang sedang patroli melihatnya. Tapi malah tembakan yang bertubi=tubi yang diterima Dieter dari pasukan itu. Dan akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka untuk survive dari hutan tersebut. Berhasilkah mereka?


Film yang berdasarkan kisah nyata ini memang tidak sesukses film Bale yang sebelumnya seperti American Psycho (2000), The Machinist (2004) dan Batman Begins (2005), namun film ini mendapatkan banyak pujian dari para kritikus film. Salah satu Film survival yang banyak menghadirkan drama dan konflik di dalamnya terutama antara sosok Dieter yang tak kenal menyerah dan Duane yang sering merasa pesimis.

Overall, Rescue Dawn memang tak sebrilian 127 Hours dari segi survivalnya, namun Rescue Dawn memiliki tema yang menarik dari film survival lain, yakni bertahan hidup dalam hutan yang sedang dalam konflik perang Vietnam. Ditambah anda akan kembali menyaksikan sosok Trevor Reznik disini, meskipun tak terlalu terlihat seperti zombie (yang sudah menonton The Machinist pasti ngerti). Recommended bagi yang menyukai tema survival.



 
 Rate: 7/10
Read More - Review Movie: Rescue Dawn

Jumat, 18 November 2011

Review Movie: Full Metal Jacket

Release: 1987
Stars: Matthew Modine, Vincent D'Onofrio, dan R. Lee Ermey
Director: Stanley Kubrick
Writers: Gustav Hasford, Michael Herr dan Stanley Kubrick

Full Metal Jacket, salah satu dari 3 Film perang Amerika melawan Vietnam yang saya tonton kemarin, namun tentu Film ini mempunyai perbedaan dengan Film lainnya, yakni Film ini tergolong Film lama karena rilis pada tahun 1987 (saya aja belum lahir..), dan disutradarai oleh Stanley Kubrick yang terkenal lewat 2001: A Space Odyssey (1968), A Clockwork Orange (1971) dan tentu saja The Shining (1980).

Film ini sendiri terbagi jadi 2 bagian. Bagian pertama adalah ketika pelatihan militer di sebuah Pulau bernama Parris, Carolina Selatan. Film dibuka dengan sekelompok pemuda satu persatu mereka digunduli rambutnya, sudah bisa ditebak bahwa mereka akan menjalani pelatihan militer. Selanjutnya, Sersan Hartman adalah pemimpin mereka selama di pelatihan, dengan latihannya yang berat dan juga disiplin yang sangat ketat serta dengan ciri khas  seorang marinir yaitu berbicara dengan keras dan lantang. Di adegan awal ini terlihatlah bahawa fokus cerita berpusat pada Prajurit Joker (Matthew Modine) dan Prajurit Pyle (Vincent D'Onofrio). Keduanya memiliki kepribadian yang berbeda, Joker sangat cekatan dan rajin serta kritis sehingga dia menjadi Komandan Skuad, sedangkan Pyle adalah sebaliknya, karena badannya yang lumayan gemuk, dia sangat kesulitan dengan berbagai macam latihan fisik yang dijalaninya.


Ketika Joker ditunjuk menjadi Komandan Skuad, dia pun bersusah payah membantu Pyle mengatasi kesulitannya selama latihan, dengan sabar Joker selalu menuntun dan menasihati Pyle. Tapi emang dasar Pyle yang sepertinya menganggap semua pelatihan ini hanya main-main, dan sepertinya juga sudah kebal dengan teriakan dan hukuman Sersan Hartman. Hingga suatu hari ketika pemeriksaan kuku, Pyle ketahuan menyembunyikan sebuah donat jeli, sehingga mulai detik itu, jika Pyle melakukan kesalahan, maka seluruh Prajurit akan mendapatkan getahnya alias dihukum, sedangkan Pyle sendiri tidak dihukum karena tak sanggup menjalani hukuman itu. Hal tersebut membuat Prajurit lain kesal terhadap Pyle yang tak mau merubah sikapnya, dan pada suatu malam mereka semua melampiaskan kekesalan mereka terhadap Pyle dengan memukulnya dengan sabun yang dibungkus handuk ketika Pyle sedang tidur, tentu saja Pyle merasa kesakitan karena hal itu, termasuk Joker yang sebenarnya sangat tidak tega melakukan hal itu. Sejak itulah Pyle menjadi berubah, dia menjadi sangat bersemangat, rajin dan giat dalam berlatih. Sersan Hartman pun memuji perkembangannya, sedangkan Joker mendapatkan keanehan pada diri Pyle yang sering berbicara dengan senjatanya. Hingga ketika malam terakhir di pelatihan, Pyle membunuh Sersan Hartman di depan Joker dan bunuh diri dengan senjatanya karena tekanan mental yang bertubi-tubi selama pelatihan.

Bagian kedua sendiri berpusat ketika perang di Vietnam, tokoh utama masih Joker yang ditugaskan di bagian jurnalistik untuk meliput perang disana ditemani rekannya Rafterman. Lalu mereka diberikan sebuah tugas untuk meliput ke Phu Bai, dan disana dia bertemu dengan rekannya di pelatihan, Koboi, dan mengikuti timnya.Disinilah konflik mulai tejadi, pimpinan mereka tewas diserang musuh, lalu penggantinya pun tewas, sehingga pimpinan dialihkan kepada Koboi. Koboi lalu membawa timnya melanjutkan perjalanan hingga salah satu dari mereka menyadari bahwa mereka telah salah jalan. Ketika mereka mencoba jalan lain ternyata di tempat itu ada seorang sniper yang berhasil membunuh 3 Prajurit termasuk Koboi. Joker pun marah karena sahabatnya tewas dibunuh oleh "Penembak Tak Terlihat", ia dan rekan-rekannya lalu mendekati dan memasuki tempat sniper itu dan dengan berpencar mencari si pembunuh Koboi. Dan akhirnya Rafterman berhasil menembak jatuh sniper itu yang sedang menembaki Joker, namun ternyata, sniper itu hanyalah seorang gadis yang sendirian di gedung itu. Karena tak ingin membuat gadis itu menderita lebih lama lagi, Joker pun akhirnya menembak gadis itu hingga tewas dan mereka pun melanjutkan perjalanannya.


Overall, Film yang mendapatkan 3 nominasi Academy Award 1988 ini sangat layak masuk untuk ditonton dan dikoleksi. Karena selain menampilkan sebuah FIlm perang yang berbeda dari Film lain, Full Metal Jacket pun memiliki pesan bahwa setiap tentara dalam sebuah peperangan hanyalah manusia biasa, mereka tidak ingin adanya perang, yang mereka inginkan hanyalah satu, yaitu pulang ke rumah dengan selamat.


Rate: 8/10
Read More - Review Movie: Full Metal Jacket

Rabu, 16 November 2011

Review Movie: Forrest Gump


Release: 1994
Stars: Tom Hanks, Robin Wright dan Gary Sinise
Director: Robert Zemeckis
Writers: Eric Roth dan Winston Groom

"Hello. Namaku Forrest. Forrest Gump", itulah yang selalu dikatakan oleh Forrest Gump (Tom Hanks) ketika memperkenalkan dirinya orang-orang yang baru dia kenal. Forrest Gump merupakan salah satu Film yang paling memberikan inspirasi yang besar buat saya pribadi. Dari awal sampai adegan terakhirnya benar-benar berkesan dan sangat menyentuh. Film yang diangkat dari novel karya Winston Groom tahun 1986 ini dengan baik diterjemahkan menjadi adegan-adegan yang sangat touching oleh Robert Zemeckis, dan tentu saja ditambah dengan peran Tom Hanks yang dengan sangat baik memerankan Forrest Gump.

Film dibuka dengan memperlihatkan sebuah bulu yang diterbangkan oleh angin kesana-kemari dan akhirnya bulu itu jatuh di sepatu Forrest Gump yang lalu mengambil bulu itu dan menyimpannya di dalam sebuah buku yang ada di dalam kopernya. Gump sendiri sedang duduk di sebuah kursi tempat biasa menunggu bus datang bersama dengan seorang wanita. Lalu mulailah Gump menceritakan kisahnya dengan mengawali dengan ucapan Mamanya mengenai hidup, "Hidup itu bagaikan Cokelat. Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan kau dapatkan". Lalu mulailah ia menceritakan kisah hidupnya yang diawali ketika dia masih kecil yang harus memakai alat bantu berjalan di kakinya karena dia tak mampu berjalan normal seperti yang lainnya, tapi Mamanya selalu meyakinkan Gump kalau dia sama seperti anak lainnya, dia tidaklah berbeda, meskipun kenyataannya adalah sebaliknya. Tapi setidaknya hal itu bisa membuat Gump lebih tenang. Gump kecil terlahir dengan IQ di bawah normal yaitu 75, sehingga dia tak diterima masuk sekolah untuk anak yang normal, namun Mamanya berjuang keras agar Gump bisa diterima di sekolah itu, hingga akhirnya Gump pun diterima.


Di hari pertama dia sekolah, dia bertemu dengan Jenny di bus sekolah. Dan mereka pun langsung menjadi sahabat bagaikan kacang polong dan wortel. Gump selalu diganggu oleh anak-anak lain, sehingga Jenny pada suatu waktu menyuruh Gump untuk lari. Gump yang waktu itu masih memakai alat bantu di kakinya berlari meskipun dengan kesusahan. Tapi dengan dorongan semangat dari Jenny, kakinya pun semakin normal hingga alat yang ada di kakinya itu perlahan hancur dan terlepas dari kakinya sehingga Gump bisa berjalan dan bahkan berlari melebihi orang normal biasa. "Aku bisa berlari seperti angin", ucap Gump ketika menceritakan kisahnya itu. Lalu persahabatan mereka pun berlanjut hingga SMA dan memunculkan perasaan cinta pada diri Gump, meskipun Jenny berpikiran bahwa Gump sebenarnya tidak tahu apa arti cinta itu.

Karena memiliki bakat dalam berlari, dia pun masuk tim Football dan membawa tim yang dia bela menjadi juara, sehingga dia pun bisa masuk kuliah dan akhirnya menjadi sarjana. lalu dia mendaftar di militer, dan sama seperti hari pertamanya sekolah dulu, di hari pertamanya di militer pun dia bertemu dengan teman baiknya di bus yang mengantarnya ke pusat pelatihan militer. Temannya itu adalah Bubba yang juga sedikit mengalami kelainan. Selama di militer, Bubba tiada hentinya membicarakan proyek masa depannya, yaitu untuk menjadi pengusaha udang, lalu mereka berdua pun sepakat untuk bekerja sama ketika mereka keluar dari militer nanti untuk mewujudkan impian Bubba, namun sayang Bubba pun terlebih dahulu gugur di perang Vietnam. Selanjutnya persahabatan Gump pun berlanjut dengan Letnan Dan, pimpinannya ketika di Vietnam yang dia selamatkan ketika peperangan, meskipun Letnan Dan sangat berkeinginan untuk gugur di perang.


Gump dan Letnan Dan pun akhirnya mengelolah bisnis udang yang pada awalnya akan dikelola oleh Gump dan Bubba, Gump ingin  menepati janjinya kepada Bubba ketika semasa di militer. Pada suatu hari ketika Gump ditinggalkan oleh Jenny (lagi...) dia pun meninggalkan rumahnya dan berlari hingga ke kota, pantai bahkan mengelilingi Amerika dan memiliki pengikut lumayan banyak yang juga menemaninya untuk berlari, namun dia melakukan hal itu tanpa alasan yang pasti. Sehingga ketika dia sudah berlari hampir tiga setengah tahun, dia tiba-tiba memutuskan untuk berhenti dan pulang meninggalkan para pengikutnya.

Banyak sekali kejadian-kejadian yang dialami oleh Gump yang sangat menginspirasi, dan betapa polosnya dia meskipun dia sudah menjadi pahlawan negara, selebriti nasional, seorang Inspirator, dia kadang-kadang tak tahu betapa pentingnya hal yang sudah dia lakukan. Hingga akhirnya dia mulai kehilangan satu per satu orang-orang yang dia sayangi. Ending Film ini pun sangat menyentuh. Tak heran 13 nominasi Academy Awards 1994 mereka dapatkan dan 6 Awards berhasil diraih oleh Film ini, mengalahkan beberapa pesaingnya seperti Pulp Fiction karya sutradara Quentin Tarantino dan juga Shawshank Redemption karya sutradara Frank darabont yang sampai sekarang masih menjadi Best Movie di Rating IMDB.

Pada awalnya peran Forrest Gump akan diperankan oleh John Travolta, akan tetapi dia menolaknya dan akhirnya peran itu didapatkan oleh Tom Hanks. Akan tetapi Travolta pun sempat mengatakan bahwa menolah peran Forrest Gump adalah salah satu keputusannya yang paling bodoh dan ia sesali selama karir perfilmannya. Salah satu pujian yang saya sematkan pada Film ini adalah bagaimana para crew berhasil menggabungkan scene Gump dengan tokoh-tokoh terkenal dunia seperti John Lennon, J.F. Kennedy hingga Elvis Presley. Bahkan ternyata gaya Elvis yang senang menggerakkan kakinya itu terinspirasi dari Gump kecil yang ketika masih memakai alat bantu di kakinya senang berjoget menggerakkan kakinya diiringi oleh nyanyian dan petikan gitar dari Elvis yang pernah menginap di rumah Gump yang memang adalah tempat persinggahan. Film pun diakhiri dengan sbuah bulu yang Gump simpan dibukunya itu terjatuh ketika dia memberikan buku itu ke Forrest Jr. hingga kemuadian bulu itu terbang kembali dengan bebas.



Overall, Forrest Gump adalah Film yang sangat layak untuk ditonton dan dikoleksi. Very Highly recommended movie. Durasi 2 jam lebih serasa masih kurang untuk Film yang sangat menginspirasi ini. banyak pelajaran yang bisa diambil dari sosok Forrest Gump. Dan yang paling berkesan tentu saja kesetiaan Gump kepada Jenny dari sejak mereka pertama bertemu, Gump selalu menunggu dan menanti Jenny untuk kembali meskipun Jenny beberapa kali meninggalkannya, dan rasa cinta Gump tehadap Jenny yang tak pernah mati meskipun Jenny selalu menolaknya. A masterpiece!!



Rate: 9/10
Read More - Review Movie: Forrest Gump

Jumat, 11 November 2011

Review Movie: War Of The Worlds


Release: 2005
Stars: Tom Cruise, Dakota Fanning, Tim Robbins
Director: Steven Spielberg
Writter: Josh Friedman & David Koepp

Tahun 2005 ini, para Alien akan kembali menyerang Bumi kita tercinta, dan tak tanggung-tanggung, ""mereka" berniat untuk membasmi umat manusia layaknya manusia membasmi belatung". Itulah yang dikatakan oleh Harlan (Tim Robbins), salah satu survivor yang bersembunyi di ruang bawah tanah ketika para Alien memporak-porandakan seluruh dunia. Ya, tema Alien merupakan tema yang diambil sutradara kawakan Steven Spielberg yang mendalangi Jaws (1975), Jurassic Park (1993), Schindler's List (1993), dan jangan lupakan Saving Private Ryan (1998) yang memborong 5 Piala Oscar dan juga beberapa penghargaan lain.

War of The Worlds sendiri menceritakan Ray Ferrier (Tom Cruise) yang menghabiskan akhir pekannya bersama kedua anaknya, Rachel (Dakota Fanning) dan Robbie (Justin Chatwin) setelah bercerai dengan istrinya. Ray memang seorang ayah yang tak sempurna, malah tidak disukai oleh Robbie, tidak jarang Robbie pun sering berau mulut dan membantah ayahnya itu. Lalu sesuatu yang aneh pun mulai terjadi, dimulai adanya gulungan hitam besar di langit, lalu munculnya petir yang 26 kali (menurut perhitungan Robbie) menyambar kota. Tidak sampai disitu saja, ternyata sambaran petir itu membuat semua alat elektronik, bahkan jam tangan dan mobil pun menjadi mati. Lalu ditemukan sebuah retakan besar layaknya bekas jatuhan meteor di dekat gereja. ketika semua orang berkumpul untuk melihat retakan itu, tiba-tiba mereka merasakan sesuatu bergerak di dalam tanah, mereka pun sadar bahwa di bawah kaki mereka itu tidak ada kereta bawah tanah maupun saluran air. Retakan pun meluas dan menghancurkan bagian depan gereja, dan tanpa disangka-sangka, muncullah sebuah robot besar mirip pesawat UFO yang memiliki tentakel dan mempunyai senjata utama semacam laser yang bila mengenai manusia akan langsung berubah menjadi debu. Bagaimana kisah selanjutnya? Akankah Ray bisa membawa Rachel dan Robbie selamat dari serangan Alien yang menampakkan wujud aslinya di akhir Film ini?


Film yang diadaptasi dari novel karya H.G. Wells berjudul The War Of The Worlds ini bisa diitung sukses dari segi pendapatan. Pasalnya, dengan budget 132 juta USD, Film ini meraup pendapatan kotor 591, 7 juta USD. Film ini juga mendapat 3 nominasi Piala Oscar 2006 meskipun 3 nominasi itu pada akhirnya direbut oleh King Kong. Namun bukan berarti War Of The Worlds sepi penghargaan, Saturn Award, BMI Film Music Award, Critics Choice Award, COFCA Award, Golden Trailer, Sierra Award, Golden Reel Award, VES Award dan World Soundtrack Award dan 19 nominasi lainnya adalah bukti bahwa Film kedua Mr. Spielberg tahun 2005 selain Munich ini bisa disebut sebagai salah satu karya terbaik Mr. Spielberg.

Overall, War Of The Worlds adalah sajian Film Invansi Alien yang bisa dinikmati selama 118 menit durasinya. Selain spesial effect yang mumpuni, konflik keluarga dalam Film ini pun bisa diambil sebuah pelajaran. Bahwa bagaimanapun, keselamatan dan kebahagiaan anak adalah yang paling utama bagi setiap orang tua.



Rate: 7/10
Read More - Review Movie: War Of The Worlds

Kamis, 10 November 2011

Review Movie: The Machinist


Release: 2004
Stars: Christian Bale, Jennifer Jason Leigh
Director: Brad Anderson
Writter: Scott Kosar

"WAAAAWW!!!", kata itulah yang saya ucapkan ketika melihat sosok kekar dan tangguh Christian Bale ala Bruce Wayne berubah drastis menjadi Trevor Reznik, seorang ahli mesin di sebuah pabrik yang sudah setahun mengalami insomnia. Ya SETAHUN, Anda tidak salah baca. Hal itu lah yang membuat "Manusia Kelelawar" ini terlihat seperti seorang "Zombie". Aktor yang satu ini memang kerap kali "bermain-main" dengan berat badannya. Selain di The Machinist, Bale juga berperawakan sama di The Fighter (2010). Sebaliknya, Bale pun sempat memiliki badan yang "super" di Batman Begins (2005), The Dark Knight (2008), dan Terminator Salvation (2009).


Oke, cukup mengenai Bale. Kembali ke The Machinist, Film bergenre Drama Thriller dengan durasi hampir 2 jam ini menceritakan Trevir Reznik (Christian Bale), seorang pegawai pabrik yang berbadan super kurus karena tidak tidur selama 1 tahun, sampai-sampai boss dan rekan-rekannya sesama pegawai pabrik khawatir dengan keadaannya itu. Di tengah kesehariannya yang berjalan datar itu, ia lalu bertemu Ivan (John Sharian) dengan ciri khas kepala plontos, kacamata hitam dan jaket kulitnya yang mengaku sebagai pegawai pabrik juga di bagian pengelasan yang bertugas menggantikan pegawai lain yang diceritakan memiliki masalah dengan FBI. Sejak pertemuan itu, Reznik mengalami kejadian-kejadian aneh, dimulai dengan kecelakaan di pabrik yang melibatkan dirinya dan rekannya Miller (Michael Ironside), munculnya pesan singkat yang tertulis di sbuah kertas kecil yang tertempel di refrigeratornya, kedekatannya dengan seorang pramusaji dan anaknya, dan kejadian-kejadian lain yang membuat penonton memutar-mutar otaknya untuk mencari tahu ada apa di balik semua itu.

Benar-benar film yang layak untuk ditonton dan dikoleksi. Bale pun sangat menjiwai perannya sebagai Reznik. Ditambah dengan twist ending yang benar-benar tak terduga membuat film ini masuk list film favorit saya. Kapan lagi coba melihat Bale berbadan layaknya zombie yang bekerja sebagai ahli mesin di sebuah pabrik??

Trailer:

Rate: 8/10
Read More - Review Movie: The Machinist