Jumat, 18 November 2011

Review Movie: Full Metal Jacket

Release: 1987
Stars: Matthew Modine, Vincent D'Onofrio, dan R. Lee Ermey
Director: Stanley Kubrick
Writers: Gustav Hasford, Michael Herr dan Stanley Kubrick

Full Metal Jacket, salah satu dari 3 Film perang Amerika melawan Vietnam yang saya tonton kemarin, namun tentu Film ini mempunyai perbedaan dengan Film lainnya, yakni Film ini tergolong Film lama karena rilis pada tahun 1987 (saya aja belum lahir..), dan disutradarai oleh Stanley Kubrick yang terkenal lewat 2001: A Space Odyssey (1968), A Clockwork Orange (1971) dan tentu saja The Shining (1980).

Film ini sendiri terbagi jadi 2 bagian. Bagian pertama adalah ketika pelatihan militer di sebuah Pulau bernama Parris, Carolina Selatan. Film dibuka dengan sekelompok pemuda satu persatu mereka digunduli rambutnya, sudah bisa ditebak bahwa mereka akan menjalani pelatihan militer. Selanjutnya, Sersan Hartman adalah pemimpin mereka selama di pelatihan, dengan latihannya yang berat dan juga disiplin yang sangat ketat serta dengan ciri khas  seorang marinir yaitu berbicara dengan keras dan lantang. Di adegan awal ini terlihatlah bahawa fokus cerita berpusat pada Prajurit Joker (Matthew Modine) dan Prajurit Pyle (Vincent D'Onofrio). Keduanya memiliki kepribadian yang berbeda, Joker sangat cekatan dan rajin serta kritis sehingga dia menjadi Komandan Skuad, sedangkan Pyle adalah sebaliknya, karena badannya yang lumayan gemuk, dia sangat kesulitan dengan berbagai macam latihan fisik yang dijalaninya.


Ketika Joker ditunjuk menjadi Komandan Skuad, dia pun bersusah payah membantu Pyle mengatasi kesulitannya selama latihan, dengan sabar Joker selalu menuntun dan menasihati Pyle. Tapi emang dasar Pyle yang sepertinya menganggap semua pelatihan ini hanya main-main, dan sepertinya juga sudah kebal dengan teriakan dan hukuman Sersan Hartman. Hingga suatu hari ketika pemeriksaan kuku, Pyle ketahuan menyembunyikan sebuah donat jeli, sehingga mulai detik itu, jika Pyle melakukan kesalahan, maka seluruh Prajurit akan mendapatkan getahnya alias dihukum, sedangkan Pyle sendiri tidak dihukum karena tak sanggup menjalani hukuman itu. Hal tersebut membuat Prajurit lain kesal terhadap Pyle yang tak mau merubah sikapnya, dan pada suatu malam mereka semua melampiaskan kekesalan mereka terhadap Pyle dengan memukulnya dengan sabun yang dibungkus handuk ketika Pyle sedang tidur, tentu saja Pyle merasa kesakitan karena hal itu, termasuk Joker yang sebenarnya sangat tidak tega melakukan hal itu. Sejak itulah Pyle menjadi berubah, dia menjadi sangat bersemangat, rajin dan giat dalam berlatih. Sersan Hartman pun memuji perkembangannya, sedangkan Joker mendapatkan keanehan pada diri Pyle yang sering berbicara dengan senjatanya. Hingga ketika malam terakhir di pelatihan, Pyle membunuh Sersan Hartman di depan Joker dan bunuh diri dengan senjatanya karena tekanan mental yang bertubi-tubi selama pelatihan.

Bagian kedua sendiri berpusat ketika perang di Vietnam, tokoh utama masih Joker yang ditugaskan di bagian jurnalistik untuk meliput perang disana ditemani rekannya Rafterman. Lalu mereka diberikan sebuah tugas untuk meliput ke Phu Bai, dan disana dia bertemu dengan rekannya di pelatihan, Koboi, dan mengikuti timnya.Disinilah konflik mulai tejadi, pimpinan mereka tewas diserang musuh, lalu penggantinya pun tewas, sehingga pimpinan dialihkan kepada Koboi. Koboi lalu membawa timnya melanjutkan perjalanan hingga salah satu dari mereka menyadari bahwa mereka telah salah jalan. Ketika mereka mencoba jalan lain ternyata di tempat itu ada seorang sniper yang berhasil membunuh 3 Prajurit termasuk Koboi. Joker pun marah karena sahabatnya tewas dibunuh oleh "Penembak Tak Terlihat", ia dan rekan-rekannya lalu mendekati dan memasuki tempat sniper itu dan dengan berpencar mencari si pembunuh Koboi. Dan akhirnya Rafterman berhasil menembak jatuh sniper itu yang sedang menembaki Joker, namun ternyata, sniper itu hanyalah seorang gadis yang sendirian di gedung itu. Karena tak ingin membuat gadis itu menderita lebih lama lagi, Joker pun akhirnya menembak gadis itu hingga tewas dan mereka pun melanjutkan perjalanannya.


Overall, Film yang mendapatkan 3 nominasi Academy Award 1988 ini sangat layak masuk untuk ditonton dan dikoleksi. Karena selain menampilkan sebuah FIlm perang yang berbeda dari Film lain, Full Metal Jacket pun memiliki pesan bahwa setiap tentara dalam sebuah peperangan hanyalah manusia biasa, mereka tidak ingin adanya perang, yang mereka inginkan hanyalah satu, yaitu pulang ke rumah dengan selamat.


Rate: 8/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar